
Oleh : Hasbullah Fudail.
Reportikaindonesia.com // Jawa Barat – Eksistensi kaum tarekat telah memberi warnah dinamika politik di tanah air, baik secara organisasi maupun pribadi dan senatiasa mengalami pasang surut menyesuaikan kondisi lingkungan politik yang ada. Di akhir masa jabatan Jokowi keberadaannya semakin menarik dan menjadi rebutan dari para pelaku kekuatan politik untuk bisa mendulang suara dalam setiap momentum pemilu maupun pilkada. Eksistensi mereka dirangkul dalam berbagai kedudukan di Lembaga strategis kenegaraan, organisasi masyarakat maupun dalam kepengurusan partai.
Dalam menghadapi momentum Pemilihan Umum tahun 2024 baik presiden maupun legislatif, keterlibatan kaum tarekat bisa terlibat langsung maupun tidak langsung. Salah satu tokoh tarekat masuk dalam lingkaran kekuasaan seperti Habib Lutfi Bin Yahya menjadi Dewan Pertimbangan Presiden. Dengan posisi ini maka sebagai ketua Sufi internasional, segala fasilitasi dan keperluan orgaisasi maupun kepentingan pribadi dengan mudah dapat diperoleh. Kehadiran Presiden Joko Widodo dan para ulama sufi dari 60 negara menghadiri Multaqo Sufi Al-Alamy atau Muktamar Sufi Internasional di Kota Pekalongan pada 29–31 Agustus 2023 , menjadi bukti betapa kaum sufi menjadi kekuatan yang diperhitungkan keberadaannya. Kehadiran presiden dalam membuka Pertemuan Sufi internasional di Pekalongan Rabu, 30/08/2023 dengan Prabowo yang menjadi Ketua Panitia, seakan memberi sinyal betapa kaum tarekat menjadi istimewa dimata pemerintah dan politisi.
Tarekat adalah unsur serapan dari bahasa Arab yang telah dibakukan sebagai kosa kata dalam bahasa Indonesia. Kata tersebut memiliki beberapa makna, yaitu; (a) jalan, (b) jalan menuju kebenaran (c) cara atau aturan hidup (d) persekutuan para penganut ilmu tasawuf. Tarekat juga dapat dimaknai secara formal sebagai suatu lembaga bagi seorang zalik untuk melaksanakan amalan-amalan tarekat dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Perkembangan Tarekat saat ini telah mengalami transformasi tidak hanya sekedar metode penyucian jiwa, tetapi juga memasuki bidang kehidupan lainnya seperti politik, sebagai sebuah dunia yang dianggap tabu sebelumnya. Keterkaitan kaum tarekat dalam bidang politik tampil dalam bentuk secara tidak langsung dengan memberikan dukungan kepada penguasa politik (Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota), sedangkan secara langsung dengan menjadi anggota legislatif (DPR) dan tampil menjadi Kepala Daerah.
Tarekat Khalwatiyah Samman dalam Politik Praktis
Tulisan ini mencoba membedah posisi kaum tarekat Khakwatiyah Samman dalam pusaran politik pratis khususnya dalam menghadapi Pemilu 2024. Mengapa ini menjadi kajian karena sebagian besar penganut ajaran ini tidak ingin mencapurkan urusan politik dengan ajaran tarekat, sementara beberapa generasi pelanjutnya menginginkan keterlibatan langsung dalam dunia politik praktis.
Sementara disisi lain, berkembang juga raelitas bahwa setiap pemilu dan pilkada para tokoh tarekat ini menjadi rebutan dari partai politik sehingga menjadi kue rebutan Parpol . Sehingga mendorong beberapa generasi pelanjut/mudanya menhendaki agar pimpinan tarekat ini juga mengambil peran untuk maju dalam kontekstasti Pemilihan Umum maupun Pilkada.
Tarekat khalwatiah Samman pertama kali dikembangkan oleh Syekh Samman di Madinah. Nama Samman kemudian dinisbahkan kepada tarekat khalwatiah menjadi “khalwatiah samman”. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Abdul Karim an-Samman al-Qurasyi al-Madani al Syafi’I yang lebih dikenal dengan sebutan Syekh Samman. Beliau lahir di Madinah tahun 1130 H dan Wafat tahun 1189 H.6 Sejarah perkembangan tarekat ini masuk ke Sulawesi Selatan di bawah oleh Syekh Maulana Muhammad Fudail Arung Paccing” di Barru.
Perkembangan paling pesat ketika disebarkan oleh Syekh Abdur Razzaq Al Buni Al Bugis dengan Pusat dakwah berada di kabupaten Maros. Pada moment moment tertentu seperti bulan Maulid Nabi Besar Muhammad, paska idul Fitri dan Idul Adha, Khaul/Temmutaun (Bugis) Tokoh Khalwatiyah baik (Leppakomai, Pattene,Turikale) jemaah dari tarekat ini dari berbagai tempat di Sulawesi Selatan maupun Indonesia bahkan beberapa dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Brunai berkunjung dan berziarah pada acara Khaul Syeck Haji Muhammad Saleh Puang Lompo di Pattene, puluhan ribu jemaahnya datang berziarah dan merayakan maulid Nabi Muhammad.
Kondisi kekinian penganut tarekat ini menjadi menarik untuk ditelaah dalam beberapa topik kajian, diantaranya :
Rebutan Partai Politik Dalam Pemilu Setiap momentum Pemilu berbagai tokoh politik melakukan kunjungan ke berbagai tokoh Khalwatiyah Samman baik yang ada di Leppakomai, Pattene maupun Turikale serta tokoh lainnya di Maros. Berbagai tokoh tersebut seakan menjadi dan memberi doa restu kepada calon tertentu, Calon Presiden, Gubernur, Bupati/Walikota maupun para Calon Legislatif.
Dengan kondisi seperti ini, maka berbagai tokoh yang ada akan memberikan dukungan politik yang berbeda antara satu dengan lainnya tergantung kedekatan personal yang dibangun maupun mahar politik yang telah diberikan.
Melihat kenyataan hari ini, Jemaah khalwatiyah Samman tidak mempunyai satu ikatan afiliasi politik dalam setiap pemilu. Masing-masing khalifah tidak mempunyai ketundukan terhadap pilihan politik dari para Syeik baik dari Leppakomai, Pattene maupun Turikale di Maros. Sehingga hal ini menjadi kelebihan sekaligus kekurangan yang menyebabkan partai politik berebut untuk mendapatkan restu dari masing-masing khalifah sebagai bagian untuk mendapatkan suara dari Jemaah.
Kekurangan Kader Dalam Tiap Pemilu Dalam tataran anggota legislatif baik di kabupaten Maros maupun tingkat Sulawesi Selatan refresentasi anggota dari tarekat ini yang berhasil masuk ke legislatif bisa di hitung jari. Untuk DPRD Kabupaten Maros terakhir diwakili oleh H. Andi Puang Solong, Karaeng Ngawing dan Andi Muhammad Hidayat melalui partai Golkar (tahun 1990) , Andi Muhammad Anas (Partai Demokrat Kebangsaan) DPRD kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan diwakili oleh H. Andi Sajaruddin Puang Tompo dan H. Ruslan dengan partai Golkar. Sejak itu sampai saat ini tahun 2023 tidak ada lagi anggota DPRD yang mewakili Tarekat ini baik secara pribadi maupun rekomendasi dari pimpinan tarekat.
Pada momentum Pemilu 2024 salah satu tokoh Khalwatiyah Samman di Leppakomai Maros H. Andi Abdul Kadir mencoba untuk mencalonkan diri anggota Legislatif DPR RI dari partai Demokrat dengan Daerah Pemilihan Sulawesi Selatan 2 ( Kabupaten Maros, Bone, Wajo, Soppeng, Sinjai, Bulukumba, Pare Pare, Barru, Pangkep ). Walau beliau juga periode Pemilu 2019 dan 2014 juga telah ikut Caleg DPR RI namun belum juga lolos ke DPR.
Keterlibatan langsung untuk maju dalam Pemilu Legsilatif, mengadung implikasi besar baik secara moril maupun dakwah. Dengan asumsi jika kelak terpilih menjadi anggota legislatif maka jangkaun atau spektrum untuk melakukan dakwah dan misi kemanusiaan habluminannas lebih terbuka luas.
Sementara jika tidak bisa lulus menjadi anggota legislatif, maka legitimasi ummat atas kepemimpinan secara kultural akan semakin tergerus, terutama bagi mereka yang tidak setuju atas langkah Andi Abdul Kadir maju menjadi Caleg . Di akar rumput kaum tradisonal dan keluarga lebih menghendaki agar lebih fokus untuk mengurus ummat daripada masuk ke dunia politisi.
Sehubungan dengan Pemilu, menarik untuk membaca dan membahas penelitian Arfiandy mahasiswa S1 Fakultas Ilmu Politik Universitas Hasanuddin dengan judul “Kepatuhan Pengikut Ajaran Khalwatiah Samman Terhadap Pemimpinnya Pada Pemilu Legislatif 2014” dengan lokus penelitian di Kabupaten Bone. Didapatkan kesimpulan bahwa penyebab ketidakpatuhan pengikut Khalwatiah Samman kepada pemimpinnya yang berakibat pada tidak lolosnya anak dari syekh Khalwatiah Samman pada pemilu legislatif 2014 terdiri dari berbagai factor diantaranya :
- Berkurangnya kharisma syekh Kalwatiah Samman bagi sebagian pengikut Khalwatiah Samman.
- Kurangnya modal politik yang dimiliki dan proses mobilisasi suara dari kalangan khalwatiah Samman itu sendiri yang berjalan kurang maksimal merupakan kendala utama yang mengakibatkan para pengikut khalwatiah samman tidak patuh kepada gurunya.
- Serta terjadinya krisis kepemimpinan di lingkungan Khalwatiah Samman yang mengakibatkan pengikut kehilangan panutan.
Momentum Maulid Nabi Muhammmad dan Khaul (Temmutaun) Syeik Muhammad Saleh Puang Lompo di Pattene merupakan pertemuan agenda tahunan dan terbesar berkumpulnya para jemaah (puluhab ribu) dari berbagai penjuru untuk berziarah ke makam dan pelanjut tarekat Khalwatiyah Samman.
Temmutaun ini selayaknya menjadi agenda penting untuk kembali meneguhkan ajaran Khalwatiyah Samman agar bisa mengikuti perkembangan jaman dengan tanpa merusak tatanan nilai dan ajaran yang telah dicontohkan oleh para Syeik dan Khalifah yang ditugaskan di wilayah masing-masing (kabupaten/kota/kecamatan/desa .
Sangat disayankan jika momentum Temmutaun ini berlalu begitu saja sebagaimana tahun tahun sebelumnya dengan lebih menonjolkan dampak ekonomi berupa membanjirnya pedagang musiman. Kita berharap agar moment ini juga bisa memberi dampak yang lebih besar bagi perkembangan Khalwatiya Samman baik di Sulawesi Selatan, nasional maupun internasional seperti Seminar Nasional, Bedah Buku, Bhakti Sosial, Pemberian Penghargaan dan lain-lain.
Generasi muda khalwatiyah Samman harus menjemput masa depan dengan mempersiapkan diri dengan berbekal berbagai ilmu baik menyangkut pengetahuan agama maupun ilmu pengetahuan umum agar tidak terlindas oleh jaman.
Berbagai persoalan yang dihadapi Khalwatiyah Samman seperti tersebut di atas, harus mulai dibuka untuk didiskusikan atau dibicarakan dalam rangka mencari solusi dengan tetap mengedepankan nilai nilai ajaran untuk tetap pada koridor.
(Editor: Fhat)