
Oleh : Hasbullah Fudail.
Reportikaindonesia.com // Jawa Barat – Kemajuan teknologi saat ini khususnya teknologi informasi yang begitu cepat memberi dampak positif maupun negative bagi kehidupan . Ibarat kata orang bijak bahwa teknologi tergantung siapa yang menggunakan “ The Man behind the gun”.
Salah satu dampak yang ditimbulkan yakni menjadikan media massa dan media sosial menjadi media propaganda yang paling banyak digandrungi dewasa ini. Propaganda (dalam bahasa Latin modern: “propagare” diartikan “mengembangkan” atau “memekarkan”) merupakan serangkaian pesan dengan tujuan agar dapat memengaruhi pendapat seseorang, tindakan masyarakat atau sekelompok orang. Informasi dari propaganda tidak disampaikan secara obyektif, melainkan informasi yang diberikan dibangun dengan tujuan agar dapat memengaruhi pihak-pihak yang mendengar maupun yang melihatnya.
Propaganda seakan memberi gambaran di benak orang sebagai suatu tindakan atau hal yang buruk. Berbagai bahan dan media digunakan untuk menyampaikan pesan propaganda, berubah seiring dengan penemuan teknologi baru, termasuk lukisan, kartun, info grafis, poster, pamflet, film, acara radio, acara TV, situs web dan lainnya. Propaganda di era digital merupakan cara penyebaran yang efektif dan massif. Misalnya menyebarkan propaganda melalui berita palsu atau bias dan media sosial. Propaganda dilakukan menggunakan bahasa ekspresif dan emosional yang bertujuan untuk menggerakkan atau mengubah pikiran manusia.
Jika pembaca adalah pengguna media sosial aktif, ada kecenderungan dalam 5 (lima) tahun terakhir, bahwa pada setiap memasuki bulan maulid atau bulan Rabiul Awal dalam Kalender Islam muncul kebiasaan baru yang dilakukan di media sosial baik Face Book, You Tube, Instagram dan lainnya yaitu Propaganda Bid’ah Maulid melalui media sosial. Propaganda yang dimaksudkan penulis adalah penyebarluasan informasi secara massif tentang peringatan Maulid yang Bid’ah melalui media sosial.
Media sosial sangat membantu menyebarkan informasi secara cepat. Tanpa kita sadari pada era sekarang media sosial sudah sangat berkembang dengan pesat, hal itu dibuktikan dengan informasi yang cepat menyebar, dan jaringan yang semakin berkembang seperti Website, Youtube, facebook, instagram, whatsapp dan sebagainya yang dikenal dengan medsos.
Jika membedah media soSial pada bulan Maulid ini, maka salah satu konten terbanyak di posting adalah propaganda Bid’ah menyangkut peringatan Maulid Nabi Muhammad khususnya pas tanggal 12 Rabiul Awal atau 28 September 2023 yang ditetapkan sebagai kalender agenda tetap hari libur nasional (dengan tanggal merah). Bisa dipastikan bahwa dominan yang memposting kampaye tersebut pastilah dari golongan yang alergi dan membid’akan perigatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Terminologi Bid’ah yang dikampayekan sehubungan dengan peringatan Maulid adalah sesuatu perbuatan yang tidak pernah dicontohkan dan dipraktekkan oleh Rasululullah. Golongan ini oleh Azumardi Azra lebih identik dengan nama Salafi Wahabi.
Adapun karakteristik dari web site yang terafiliasi dengan kelompok Salafi Wahabi di antaranya adalah: a. Tekstualis terhadap isi Al-Qur‟an dan Hadis; b. Mengutip, menyebut, dan membenarkan pendapat dari tokoh-tokoh Salafi Wahabi; c. Sering mengkritik permasalahan agama yang bersumber dari ijtima‟ ulama sehingga memicu perdebatan; d. Meremehkan dan menganggap salah pendapat dari kelompok lain di luar mereka. Website-website yang terindikasi kuat terafiliasi dengan Salafi Wahabi di antaranya: Muslim.or.id22; Almanhaj.or.id23; Salafy.or.id24; Maktabah Raudhah al Muhibbin25; dan Kajian.net26, Rumaysho.Com27.
Menurut intelektual Muslim Indonesia Azyumardi, kelompok yang terpengaruh ideologi Salafi-Wahabi radikal ini, memanfaatkan sosial media untuk melancarkan kritiknya terhadap penyelenggaraan Maulud Nabi yang sebagian dianggap mereka menyalahi ajaran Islam.
Tetapi, lanjut Azyumardi, tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad tidak bisa dihilangkan dari masyarakat indonesia. “Seluruh ormas Islam arus utama (mainstream), NU dan Muhammadiyah, semua merayakan Maulud,” . Jadi, “kalau mau ekspor (ajaran Salafi-Wahabi radikal), bakal tidak akan laku ke Indonesia. Jadi kontraproduktif,” tandas Azyumardi.
Kemungkinan acara Maulid akan dilarang di Indonesia jika golongan salafi wahabi menjadi penentu dalam kebijakan pemerintahan baik di eksekutif maupun legislatif, sebagaimana pelarangan Maulid di Arab Saudi karena didominasi oleh paham salafi wahabi.
Pertanyaan , kemudian mengapa media sosial menjadi pilihan yang paling banyak dilakukan kelompok ini dalam menyebarluaskan pemahamannya ? . Beberapa alasan rasional diantaranya bahwa propaganda di media sosial mempunyai berbagai kelebihan mudah digunakan, jangkauan yang luas, biaya tidak mahal, penggunanya sangat banyak dan kebanyakan generasi muda.
Selain itu dengan model propaganda ini dapat mengurangi potensi konflik sosial yang ada, karena kelompok salafi wahabi masih sangat sedikit di Indonesia sehingga akan beriso jika berdakwah dengan melawan arus banyak.
Perkembangan media massa dan media sosial menjadikan strategi dakwah melalui berbagai media khusunya media sosial adalah pilihan yang paling efektif membawah misi pemahaman golongan salafi wahabi,
Lalu sebagai pencinta dan pengamal tetap Maulid bagaimana menyikapi propaganda Bid’ah tersebut ? Menurut Penulis beberapa langka yang bisa dilakukan adalah : Membiarkan berlalu tanpa kounter opini atau pendapat sehingga berbagai propaganda yang bersipat profokasi kepada ummat pada akhirnya akan berhenti dengan sendirinya.
Bagi yang piawai dalam bermain media sosial dan mempunyai kemampuan dalil yang mumpuni maka mengkounter berbagai propaganda tersebut menjadi pilihan yang baik untuk memberi pencerahan kepada ummat.
Semoga propaganda Bid’ah ini menjadikan orang orang atau golongan pengamal tetap peringatan Maulid untuk lebih memberi makna agar kegiatan maulid dan outputnya dapat memberi dampak positif bagi ummat serta menghindari berbagai tuduhan negatif dalam acara peringatan maulid tersebut.Sementara bagi pelaku propaganda, semoga dibukakan pintu hatinya untuk bisa memahami perbedaan pandangan dalam islam tanpa harus merasa paling benar karena kebenaran itu sesungguhnya hak Allah.
Editor: Fhat