
Oleh : Hasbullah Fudail ( Alumni Kebijakan Publik UI).
Reportikaindonesia.com // Jawa Barat – Kontestasi untuk maju menjadi presiden RI paska Jokowi telah memasuki tahapan resmi Pemilihan Umum (Pemilu 2024) setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) membuka pendaptaran Calon Presiden dan Wakil Presiden mulai 19-25 Oktober 2023. Anis Rasyid Baswedan berpasangan Muhaimin Iskandar sebagai pendaftar pertama dan selanjutnya Ganjar Pranowo berpasangan Mahfud MD pada Kamis 19/10/2023. Pendaftar terakhir adalah Prabowo Subianto berpasangan dengan Gibrang Rakabuming Raka akan mendaftar Rabu, 25/10/2023.
Munculnya tiga kandidat calon presiden tersebut Prabowo, Ganjar dan Anies telah banyak diprediksi oleh banyak lembaga survey dan telah menjadi realitas saat ini. Hanya calon wakil presiden pendampingnya dinamikanya menarik untuk diikuti karena penentuannya dilakukan dengan penuh perdebatan oleh masing-masing pendukung dari partai politik. Munculnya 3 calon presiden dalam Pemilu 2024 sekaligus menjadi harapan banyak orang agar benturan sosial di masyarakat bisa diminimalkan jika hanya dengan 2 (dua) pasangan calon presiden.
Eksistensi lembaga survey dalam percaturan politik di Indonesia menjadi mulai ramai saat pemilu tahun 2003 diawali oleh lembaga Lembaga Survei Indonesi (LSI), Lingkaran Survei Indonesia (LSI), dan SMRC adalah 3 lembaga survey yang dominan saat itu dari 24 lembaga survei yang terdaftar resmi di KPU DKI Jakarta pada 2017.
Menghadapi Pemilihan presiden tahun 2024, berbagai lembaga survey telah mempublikasikan hasil surveinya dari waktu ke waktu untuk melihat elektabiltas calon presiden yang mempunyai peluang besar dipilih dalam pemilu nanti. Walaupun harus diakui sangat jarang dipublikasi ke masyarakat untuk mencoba melihat darimana sesungguhnya pembiayaan dari lembaga survey tersebut. Seperti pendapat Mietzner, bahwa para pelaku survei politik Indonesia terbelah ke dalam dua kubu: Kubu “akademik”, yang meyakini bahwa jajak pendapat semestinya melayani kebutuhan masyarakat akan informasi serta transparansi politik, dan kubu komersial, yang tak keberatan ikut mengorganisir kampanye bagi partai dan kontestan pemilu tertentu.
Kebetulan ketiga kandidat calon presiden tersebut pernah berkecimpung dan menjadi bagian dari organisasi besar dan sekarang menjadi Alumninya, yaitu Prabowo dari Tentara Nasional Indonesia (TNI), Ganjar dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan Anis dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Tulisan ini mencoba membedah peluang dari ketiganya siapa yang berhasil memikat hati rakyat Indonesia untuk menjadi Presiden dalam Pemilu 2024 berdasarkan potensi institusi yang pernah membesarkannya yaitu TNI, GMNI dan HMI. Dengan melihat berbagai variabel yang mempengaruhi dalam intitusi maupun personal yang bersangkutan, maka indikator tersebut bisa dilihat dari :
1. Sistem Pengkaderan
TNI sampai saat ini adalah organisasi dengan ciri khas penciptaan kader terbaik bangsa terlahir dari organisasi ini dengan berbagai jenjang pendidikan tersruktur, non struktural maupun penugasan. Sistem komando yang ada menjadikan TNI paling siap dari sisi kaderisasi kepemimpinan pada berbagai level tingkat mulai dari tingkat terendah Babinsa sampai pada tertinggi Panglima, semuanya mempunyai proses dan tingkat pangkat yang terstandar baik.
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) adalah sebuah organisasi gerakan yang berbasiskan intelektual muda (mahasiswa) yang memiliki cita-cita terwujudnya sosialisme Indonesia sebagai satu sinthesa yang berdasarkan atas asas marhaenisme yaitu : sosionasionalisme, sosio-demokrasi, dan Ketuhanan Yang Maha Esa di dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sistem pengkaderan GMNI mendukung terbentuknya kader-kader yang ideologis, progresif, revolusioner dan berkepribadian. Untuk itu maka di dalam silabus kaderisiasi GMNI, sistem pengkaderan diputuskan untuk dibagi dalam 4 tahapan kaderisasi yaitu :
1. Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB);
2. Kaderisasi Tingkat Dasar (KTD);
3. Kaderisasi Tingkat Menengah (KTM);
4. Kaderisasi Tingkat Pelopor (KTP)
HMI adalah organisasi kemahasiswaan luar kampus yang tertua di Indonesia didirikan 5 April 1947 di Yogjakarta di Universitas Islam Indonesia. Menjadi anggota dan Kader HMI adalah pilihan alternative bagi mahasiswa di luar organisasi internal kampus untuk menjadi anggota HMI melalui jalur Masa Perkenalan, Basic, Intermediate, Advands Training. Mereka yang terseleksi menjadi sampai jalur Advands dan pengurus jumlahnya sangat terbatas, dari sistem kaderisasi HMI menjadi organisasi kemahasiswaan tertua di Indonesia dan melahirkan kader di segala Lini Pengabdian (Intelektual, Budayawan, Birokrasi, Politisi, Pengusaha, dan lainnya). HMI sebagai organisasi kader, diharapkan menjadi rahim dari lahirnya kader-kader unggul yang siap tempur untuk mengawal suatu perubahan.
2. Soliditas Anggota dan Kader
GMNI sebagai anak kandung dari Partai Nasionalis Indonesi (PNI) yang juga identik dengan marwah dari Soekarno presiden RI pertama. Sejak dibentuk pada 23 Maret 1954, kader GMNI selalu menjaga persatuan. Sejarah GMNI mempunyai perjalanan panjang sebagai organisasi kemahasiswaan yang banyak diwarnai politik PNI, sehingga perjalanan para alumninya tidak bisa terlepas dari berbagai kepentingan politik. GMNI akan tetap kritis menyikapi dinamika sosial dan penyelenggaraan pemerintahan yang tidak pro rakyat dan hadir dan tampil ketika melihat ada ketimpangan dan persoalan dalam setiap kehidupan berbangsa dan negara. Dengan ikon Marhaen perjuangan GMNI identik dengan mengangkat derajat kaum marginal.
Pendiri HMI Lafran Pane dkk menetapkan berdirinya HMI dengan tujuan, pertama, mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Kedua, menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.HMI merupakan organisasi mahasiswa Islam yang pertama dalam sejarah bangsa Indonesia. Sejarah HMI menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah Indonesia dan umat Islam di Indonesia. Hal ini disebabkan karena sikap HMI yang memandang Indonesia dan Islam sebagai satu kesatuan integratif yang tidak perlu dipertentangkan. Jumlah anggota aktif menurut data tahun 2019 diperkirkan sebanyak lebih dari 500.000 mahasiswa se-Indonesia . Para Alumni HMI hampir terdapat di semua partai politik, sehingga mengharapkan satu suara mendukung alumninya untuk merebut RI 1 sepertinya sesuatu yang mustahil.
TNI para kadernya juga memasuki partai politik tetapi ketika yang bersangkutan sudah dinyatakan purnawirawan ataupun pensiun dini dari TNI baik karena dipecat ataupun mengundurkan diri secara terhormat. Menjadi persoalan karena TNI yang masih aktif posisinya sama dengan Polisi dalam sistem perundang-undangan yang berlaku saat ini tidak mempunyai hak politik untuk memilih dan dipilih. Alumni purnawirawan TNI juga bertebaran di berbagai partai politik sehingga menyulitkan untuk totalitas mendukung Prabowo. Berdasarkan laporan International Institute for Strategic Studies (IISS), jumlah TNI aktif Indonesia diperkirakan mencapai 395.500 orang pada 2021.
3. Kualitas Intelektual
HMI dengan semboyang kader intelektual berbasis Islam dan ke Indonesiaan menjadi kekuatan besar yang dimiliki oleh setiap kadernya. Sebagian besar Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia maupun kategori guru besar (Professor) dipastikan ada alumni HMI. Tradisi intelektual dan kristis telah dimiliki oleh alumni alumni HMI sejak digembleng dalam pengkaderan tersruktur mulai dari Basic Training, Intermediet Traning dan Advanst Training maupun pelatihan lainnya. Anies Baswedan dengan tradisi HMI sudah teruji dengan latar belakang pedidikan S1 di UGM , S2 dan S3 di Amerika Serikat serta pernah memimpin menjadi Rektor termuda di Universitas Paramadina serta menjabat sebagai menteri Pendidikan.
Sementara Ganjar Pranowo dengan tradisi GMNI sebagai anak kandung Partai Nasionalis jaman Orba menjadi PDIP saat ini, juga mempunyai jaringan yang luas dengan tradisi intelektual yang juga sudah teruji. Dengan latar pendidikannya hanya S1 politik di UGM sebagai kampus yang telah banyak melahirkan tokoh bangsa , serta S2 di UI Prabowo Subanto dengan jenjang Akademi Militer Angkatan Darat dengan pangkat tertinggi Letnan Jenderal serta pendidikan tambahan di Amerika Serikat dengan jam terbang paling terbanyak mengikuti kontestasti pemilihan presiden dan calon presiden ( Cawapres 1 kali dan Capres 2 kali) serta menjadi bagian dari pemerintahan Jokowi. Sangat dimungkinkan untuk menjadi pemenang dalam pemilu presiden 2024.
4. Pengabdian Kader di Internal dan Eksternal Prabowo sebagai anggota aktiv di TNI secara internal berbagai jabatan strategis telah diembang telah menunjukkan berbagai pengabdiannya di level staf sampai pada pimpinan . Secara eksternal berbagai jabatan puncak telah di raihnya baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Popularitas dan elektabilitas Ganjar yang selalu menduduki posisi tiga besar pada sejumlah survei nasional menjadi satu pendorong beberapa pihak mendeklarasikan dukungan kepadanya. Salah satunya disampaikan Ketua DPP GMNI, Sugeng Hariono. Pihaknya menilai sosok Ganjar sebagai seorang panutan yang dekat dengan rakyat. Ia bahkan memuji Ganjar yang juga alumni GMNI, sebagai sosok berkualitas yang memiliki karakteristik seorang pemimpin.
Munculnya kandidat kuat presiden Indonesia dari kampus yang sama yaitu Universitas Gajah Mada dengan latar aktivis HMI dan GMNI, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, adalah bagian dari keberhasilan kaderisasi organisasi mahasiswa ekstra kampus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Semasa mahasiswa, Anies adalah Ketua Komisariat HMI Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Dia juga anggota Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) 2012-2017. Sementara Ganjar adalah pegiat GMNI di Fakultas Hukum UGM dan pengurus Persatuan Alumni GMNI.
Dari refresentasi calon dan organisasi, TNI dan GMNI sudah pernah teruji menjadi presiden RI, tinggal kader HMI yang belum berkesempatan menjadi presiden. Apakah momentum pemilihan umum tahun 2024 ini menjadi ajang kompetisi yang sehat dari para kader alumni terbaik TNI, GMNI dan HMI untuk membuktikan diri sebagai putra terbaik bangsa.
Dari data sejarah yang ada, presiden RI sudah pernah dijabat oleh alumni TNI (Soeharto dan Susilo Bambang Yudoyono), dari alumni GMNI (Megawati), khusus dari alumni HMI belum pernah menjadi presiden ( hanya menduduki Wakil Presiden Yusuf Kalla). Apakah Anis sebagai alumni HMI mampu membuktikan diri dipercaya para pemilih di TPS saat pencoblosan ? Sangat ditentukan kemampuan personal Anis bersama Tim Kampanye termasuk alumni dan anggota HMI yang bertebaran diberbagai lini kehidupan.
Harus juga dipahami bahwa alumni HMI (Mahfud MD) cawapres dari Ganjar membuat potensi kekuatan alumni HMI juga akan terbagi sebagian ke Ganjar disamping berbagai tokoh politisi di jajaran pendukung Prabowo juga alumni HMI pasti berjuang untuk kemenangan Prabowo.
Sebagai bangsa yang menuju proses kematangan berdemokrasi, kita berharap untuk mendapatkan hasil pemilu yang demokratis, maka seluruh pemangku kepentingan khususnya penyelenggara pemilu KPU harus bertindak professional serta menjalankan pemilu dengan asas Langsung, Bebas, Umum dan Rahasia. ASN termasuk TNI dan Polri sesuai UU bersipat netral tidak menjadi bagian dari tim pemenangan /sukses baik langsung maupun tidak langsung.
Siapapun yang terpilih menjadi presiden dalam kontestasi pemilu 2024 hendaknya harus diterima oleh seluruh bangsa Indonesia, para elite politik harus menjadi negarawan untuk menerima proses demokrasi tanpa menimbulkan disingtegrasi bangsa.
(*/Fhat)