
Oleh : Hasbullah Fudail (Pencinta Ilmu Tasawuf).
Reportikaindonesia.com // Bandung, Jawa Barat – Masuknya peradaban islam di Indonesia dimulai sekitar tahun 1400 Masehi yang dibawah para pedagang dari Hadramaut Yaman. Sebelum islam datang ke Indonesia sebahagian besar masyarakat memeluk aliran kepercayaan Animisme, Dinamisme, beragama Hindu dan Budha. Butuh waktu sekitar ½ (setengah) Abad sehingga sebagian besar wilayah nusantara sudah memeluk agama Islam. Kehadiran islam yang mudah diterima masyarakat dan cepat membumi, menjadi banyak kajian ilmuwan untuk diteliti kekuatan yang dimilikinya sehingga relatif singkat diterima tanpa banyak menimbulkan konflik. Salah satu model pendekatan ilmu yang digunakan dalam menyebarluaskan islam adalah pendekatan ilmu Tasawuf, selain ilmu Tauhid dan Fiqih.
Menurut Azyumardi Azra, secara umum pendekatan Islam tasawuf tetap unggul pada tahap pertama islamisasi di nusantara, setidaknya sampai akhir abad ke-17.
Unggulnya Islam tasawuf ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa Islam tasawuf dalam beberapa segi “cocok” dengan latar belakang masyarakat setempat yang dipengaruhi asketisme Hindu-Buddha dan sinkretisme kepercayaan lokal. Juga terhadap fakta bahwa tarekat-tarekat sufi (kelompok pelaku tasawuf) mempunyai kecenderungan bersikap toleran terhadap pemikiran dan praktek tradisional.
Jika tanpa pendekatan tasawuf, sulit rasanya mempercayai bagaimana mungkin budaya animisme dan dinamismisme yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat bisa menyesuaikan diri dengan menerima dan memeluk agama islam. Hal inipun tanpa menimbulkan gesekan atau konflik sosial secara signifikant dengan terlebih dahulu mempengaruhi strata kepemimpinan paling berpengaruh di Masyarakat seperti raja, tokoh Masyarakat dan lainnya. Para pemimpin dan tokoh lokal inilah yang mengajak warganya atau pengikutnya untuk memeluk agama islam.
Momentum Pemilu, menjadi sesuatu yang urgen dan strategis untuk menghadirkan kembali semangat tasawuf dalam memilih Pemimpin pada pemilu 2024, karena nilai nilai ajaran tasawuf diharapkan menjadi landasan bagi para pemimpin yang akan dipilih dalam Pemilu dalam menjalankan amanah rakyat melalui mandat sebagai wakil refresentasi masyarakat untuk membawah bangsa Indonesia menuju kemajuan lahir d an bathin. Pemimpin yang akan lahir dari hasil Pemilu 2024 sangat berarti dari sisi kualitas maupun kuantitas.
Urgensi Spirit Tasawuf Untuk Para Pemimpin Sebagaimana perjalananan sejarah bangsa Indonesia, bahwa islam masuk dengan memberi pengaruh kepada pemimpin lokal baik yang testruktur maupun non struktur. Pemimpin diajak melalui berbagai pendekatan untuk mengenal Tuhan salah satunya pendekatan Tasawuf dengan memadukan antara iman,ilmu dan ikhsan.
Tasawuf berasal dari kata shafa yang berarti suci, bersih, jernih, atau bening. Tasawuf atau yang dikenal juga sebagai sufisme merupakan suatu ajaran tentang jalan bagaimana menyucikan jiwa, menjernihkan akhlak, serta membangun dhahir dan batin untuk dapat memperoleh kebahagian abadi. Tasawuf secara etimologis berasal dari kata Shuf yang artinya bulu domba, maksudnya adalah bahwa penganut tasawuf ini hidupnya sederhana, tetapi berhati mulia. Sedangkan menurut terminologi adalah jalan atau sistem yang ditempuh untuk menuju keridloan Allah semata-mata.
Tasawuf adalah satu ilmu dari ilmu-ilmu Islam ia pada hakekatnya adalah ruh Islam dan berliannya . Fungsi ilmu tasawuf itu sebagai ruh di dalam Islam dan sekaligus esensinya. Maka kalau sebagai muslim tidak mempelajari menghayati mengimplementasikan tasawuf dalam kehidupan maka hidupnya seperti robot. Apalagi di zaman modern sekarang yang selalu menuntut materi atau fisik. Maka tasawuf hadir untuk memberikan ruh dalam kehidupan sehingga hidup ini menjadi lebih bermakna.
Kehadiran Tasawuf sebagai ilmu untuk dipahami sekaligus dimanifestasikan dalam kehidupan saat ini semakin dibutuhkan hati manusia di zaman modern yang semakin majemuk problematikanya. Tasawuf bersumberkan dari ajaran Islam yaitu Alquran dan as-sunnah yang dipahami oleh para ulama pada setiap disiplin ilmunya. Alquran itu sendiri sungguh luar biasa turun 15 abad yang lalu kepada Rasulullah Muhammad. Tafsir-tafsir yang muncul melalui periodisasi waktu menunjukkan kelompok yang menafsirkan Alquran itu berlangsung tanpa henti setelah berakhirnya generasi ada generasi berikutnya. Di setiap zaman selalu ada mufazir orang yang pakar menafsirkan Alquran. Rasulullah bersabda dalam hadis diriwayatkan oleh abu Daud dan hakim “Sesungguhnya Allah senantiasa mengutus untuk umat ini setiap penghujung 100 tahun yang akan memperbaharui agama mereka”.
Imam Malik berkata “Barang siapa yang berpikir tanpa bertasawuf maka ia telah fasih barang siapa yang bertasawuf tanpa berpikir maka ia telah zindik dan barangsiapa yang menggabungkan keduanya maka ia akan sampai kepada hakikat”.
Kepemimpinan Bernuansa Tasawuf Bicara tentang kepemimpinan dalam kontes kekinian menjadi sesuatu yang banyak diminati orang dan dibicarakan baik di lembaga resmi maupun di pinggir jalan sekelas warung kopi. Pembicaraan topik ini menjadi tema utama selama tahun 2024 bagi bangsa Indonesia, menjadi momentum yang sangat strategis dalam mempersiapkan dan melahirkan pemimpin secara nasional baik dengan memilih Presiden dan Wakil Presiden, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota. Orang-orang yang terpilih dalam Pemilu 2024 merupakan refresentasi bangsa Indonesia yang akan melahirkan berbagai kebijakan untuk menentukan peradaban masa depan Indonesia, minimal dalam jangka 5 (lima) tahun kedepan.
Dari sisi jumlah betapa banyak calon pemimpin memperebutkan 580 kursi anggota DPR RI, akan diperebutkan oleh 9.917 orang Daftar Calon Tetap (DCT DPR) Pemilu 2024 berasal dari 18 partai politik peserta Pemilu 2024 dan 84 daerah pemilihan. Demikian Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Hasyim Asy’ari dalam konferensi pers di Kantor KPU RI, Jakarta, Jumat (3/11/2023).
Sementara itu KPU secara resmi juga menetapkan 668 Daftar Calon Tetap (DCT) anggota DPD peserta Pemilu 2024 berasal dari 38 provinsi atau daerah pemilihan memperebutkan 152 anggota DPD. Untuk calon DPRD Provinsi sebanyak 301 Dapil dan 2.372 Kursi, serta DPRD Kabupaten/Kota sebanyak 2.325 Dapil dan 17.510 Kursi, sehingga total keseluruhan 2.710 Dapil dan 20.462 Kursi.
Selain jumlah yang tidak sedikit para calon pemimpin tersebut diatas juga mempunyai latar belakang Pendidikan khusus di DPR Pusat rata-rata tamatan sarjana. Sementara untuk di level provinsi dan kabupaten kota masih ada tamatan SMA atau sederajat tetapi jumlahnya relatif lebih sedikit.
Total calon pemimpin yang akan dipilih diatas secara kuantitas maupun kualitas sangatlah mumpuni, dengan pendekatan presentase jumlah pemeluk islam dengan asumsi Indonesia merupakan rumah bagi sekitar 231 juta muslim. Jika di persentase maka 86,7% dari seluruh masyarakat Indonesia adalah muslim, maka bisa dibayankan kelak mereka bisa menghadirkan semangat tasawuf saat terpilih dalam pemilu 2024, maka insyaallah rasanya kepemimpinan yang dilandasi dengan ajaran tasawuf pasti akan mendatangkan “baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur” adalah sebuah negeri yang mengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya.
Jika islam sebagai rujukan dalam kepemimpinan model tasawuf, maka tentu kita akan mencari sosok role model personal untuk dijadikan panutan dalam memimpin negara, masyarakat maupun komunitas paska meninggalnya Rasulullah. Abu Bakar Ash-Shiddiq RA merupakan sahabat Rasul yang pertama kali memeluk islam, ketika diangkat menjadi Khalifah ia merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW yang paling dermawan, Ia bahkan rela menginfakkan seluruh harta bendanya untuk perjuangan Islam. Kita tentu tidak bisa lagi menemukan sosok pemimpin seperti Abu Bakar, tetapi minimal pemimpin yang akan terpilih kelak akan jauh lebih mementingkan masyarakat daripada pribadinya, tidak lagi mengurus ekonomi domestiknya melainkan semata-mata untuk ummat, dalam konsep tasawuf pemimpin tersebut sudah selesai dengan urusan diri dan keluarganya.
Menghadirkan kepemimpinan model tasawuf tidak bisa dipisahkan dengan apa tujuan dari tasawuf itu sendiri. Jika kita merunut dari berbagai literatur yang ada maka ada beberapa tujuan dari tasawuf yaitu :
- Hati atau jiwa yang bening, bersih dari penyakit hati yang membahayakan. Hati yang bening diharapkan mampu membersihkan penyakit bathin yang merusak tatanan kehidupan seperti iri hati, dengki, sombong dan lain-lain.
- Mengarahkan hati bertujuan hanya kepada Allah. Setiap Tindakan atau perbuatan senantiasa bersandar pada keridhaan Allah “ seluruh bentuk ibadah aku persembahkan kepada Allah Swt.
- Jiwa selalu bergantung kepada Allah. Jika jiwa selalu bergantung kepada Allah maka bathinnya akan menjadi tenang tanpa harus gelisah dan bergantung kepada mahluk lainnya melalui pencitraan dan kepura-puraan.
- Hati dengan kasih sayang dan Rahmat. Indahnya jika dalam masyarakat bangsa, pemimpinya menyanyangi warganya dan warga mencintai pemimpinnya. Inilah salah tujuan tasawuf supaya hati manusia dipenuhi Rahmat dan kasih sayang.
- Terbangunnya akhlakul karimah. Tasawuf hasil akhirnya adalah mampu melahirkan budi pekerti yang mulia dengan senantiasa mengabdi kepada Allah Swt.
Para ahli Ilmu Tasawuf disebut Sufi, pada umumnya membagi tasawuf kepada tiga bagian. Yaitu; Tasawuf Falsafi, Tasawuf Akhlaki, dan Tasawuf Amali. Ketiga macam tasawuf ini tujuannya sama, yaitu mendekatkan diri kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang tercela dan menghias diri dari perbuatan yang terpuji.
Jika Sebagian besar calon pemimpin yang akan menjadi pemimpin tersebut sebagian besar beragama islam, maka menghadirkan semangat Tasawuf dalam berbagai dimensi kehidupan menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat. Semangat mendalami tasawuf saat ini di Barat mulai banyak digandrungi orang meskipun mereka bukan beragama islam (disampaikan Mursyid Tarekat Sasiliyah dari Itali dalam Kota Sufi di Tasikmalaya 20 Jan 2024). Semangat dan nilai tasawuf yang mengedepankan kebeningan hati dengan rasa kemanusiaan atas cintah kasih menjadikan tasawuf bisa diterima oleh semua kalangan walaupun dengan agama yang berbeda.
Kerelaan para pemimpin perjuangan kemerdekaan mengganti dan menggunakan kata Ketuhanan Yang Maha Esa dalam pembukaan UUD 1945 sekaligus Sila Pertama pada Pancasila menunjukkan semangat pendekatan tasawuf yang dimiliki para tokoh islam yang tergabung dalam Badan Penyeliidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Dengan kata ini, bangsa Indonesia bisa saling menerima perbedaan agama dan keyakinan yang dianutnya sehingga bisa Bersatu dalam Bhinneka Tunggal Ika (Berbeda beda tetapi tetap satu).
Mudah-mudahan Pemimpin yang terpilih dalam Pemilu 2024 dapat membumikan tasawuf yang hakiki dalam kehidupan kebangsaan, sehingga hatinya tercerahkan pikirannya menjadi jernih dan amalannya menjadi amal yang saling produktif dan ikhlas karena Allah subhanahu semata. Amien.
• Red