
Oleh : Hasbullah Fudail ( Wija To Luwu).
Reportikaindonesia.com // Luwu Utara, Sulawesi Selatan – Semboyang yang senantiasa dikumandangkan oleh Bupati Luwu Utara Indah Puteri Indriani dengan tag line “Ayo Ke Luwu Utara” sepertinya mengalami stagnasi sedikit tidak mengalami lompatan yang signifikant dalam memberi dampak positif terhadap kemajuan ekonomi maupun peradaban di Luwu Utara.
Stagnannya perkembangan Wisata di Luwu Utara dapat dilihat dari kunjungan wisata dan kontribusi sektor Pariwisata dan Jasa terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) kabupaten Luwu Utara yang tidak tumbuh secara konsisnten. Kedua hancurnya beberapa spot atau lokasi di ibukota Masamba akibat terpaan Bencana Alam beberapa tahun silam. Sampai saat ini sebagai ibukota kabupaten, kita tidak menemukan lokasi yang layak untuk tempat berwisata di kota Masamba ataupun lainnya di Luwu Utara.
Momentum Idul Fiteri 1445 H / 2024 M menjadi sesuatu yang strategis untuk kembali mendorong masyaraalat perantauan (Diaspora) orang-orang Luwu Utara secara langsung maupun tidak langsung untuk membelanjakan sebagian reskinya ketika pulang kampung berlebarang. Masalahnya adalah, saat ini kita belum menemukan lokasi wisata yang layak dan dikelolah secara profesional sebagaimana syarat-syarat yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan prima dan memuaskan pengunjung untuk berwisata.
Mengelolah Potensi Wisata
Luwu Utara merupakan Daerah Strategis di Sulawesi Selatan yang dapat menjadi perlintasan transpotasi darat dari seluruh ibukota provinsi di pulau Sulawesi baik dari Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Utara. Potensi ini menjadi peluang yang sangat baik untuk mendorong pengembangan Wisata khususnya bagi para pengguna jalan trans Sulawesi.
Potensi Wisata yang dapat dikembangkan, salah satunya wisata Religi dengan adanya makam Datuk Pattimang di Malangke sebagai penyiar Islam awal di Sulawesi Selatan yang datang dari Sumatera untuk mengembangkan islam di Sulawesi Selatan khususnya di bumi Sariwegading.
Dengan kondisi alam yang berlimpah pesona keindahan dan kesuburan tanah untuk pertanian dan peternakan, maka Wisata Alam menjadi pilihan untuk dikembangkan dengan melakukan sentuhan sedikit teknologi informasi. Selain itu perlu mendorong peranserta masyarakat untuk menjadikan wisata sebagai Gerakan Bersama dengan melibatkan Masyarakat melalui pendekatan campuran kebijakan top down (kebijakan yang bersipat sentral dan berasal dari pemerintah) dan botton up (kebijakan yang bersipat dari Masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawsan).
Salah satu momentum yang bisa dikemas untuk menjadikan kalender pariwisata di tanah Luwu Utara berupa wisata khusus festival agenda tetap tahunan. Potensi musim buah-buahan sebagai ikonik tahunan berupa musim durian, langsat, rambutan, cempedak dan buah lainnya dapat dijadikan kelender tetap untuk dikemas dengan berbagai aktivitas dalam mendorong pengunjung wisata datang atau singgah istirahat ke Luwu Utara. Berbagai agenda bisa dilakukan seperti promosi aneka buah dan olahannya, menikmati dengan memanen langsung buah di kebun, aneka lomba bersipat mendorong kecintaan dan keterlibatan masyarakat dalam mengembangkan buah-buahan serta berbagai festival lainnya.
Persoalann terbesar dalam mendorong budaya parawisata di Luwu Utara adalah kesadaran Masyarakat dalam memberikan pelayanan kepada pengunjung, selain itu sangat menentukan ketersediaan berbagai sarana prasarana yang mendukung sektor pariwisata. Contoh yang paling tampak seperti permandian air panas di desa Pincara Kecamatan Masamba. Jika pembaca pernah mengunjungi destinati wisata air panas di Ciater kabupaten Subang maupun Cipanas kabupaten Garut di Jawa Barat, bahwa dukungan pemerintah daerah dengan regulasi yang mempermudah sektor swasta untuk berinvestasi membangun sangat membantu perkembangan sektor wisata di daerah tersebut.
Untuk itu, maka kehadiran pemerintah daerah dengan pandangan visioner sangat diperlukan dalam mendorong dan mengembangkan sektor pariwisata secara konsiten dengan melibatkan Masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasannya dengan memanfaatkan momentum seperti kepulangan para perantauan Wija To Luwu dari berbagai daerah maupun negara.
• Red