
Oleh : Hasbullah Fudail (Ketua Yayasan Petalah).
Reportikaindonesia.com // Bandung, Jawa Barat – Ketika suatu waktu para pembaca berkesempatan menyelusuri berbagai sungai kecil atau kali yang melewati kota Bandung dengan bermuara di sungai Citarum, maka akan menyaksikan betapa pengelolaan bantaran sungai yang ada saat ini sangat menyedihkan. Berbagai jenis kotoran seakan mendapatkan ruang untuk menjadi tempat pembuangan sampah, adanya pemukiman dan bangunan berjejer sepangjang sungai/kali, pembuangan limbah rumah tangga maupun limbah industri mengalir masuk Sungai terutama ketika musim hujan.
Kesadaran dan budaya masyarakat yang menjadikan Sungai sebagai tempat pembungan sampah , baik limbah rumah tangga maupun industri ( tanpa pengelohan) menyebabkan warna air sungai berwarnah coklat dimusim hujan dan kehitaman ketika kemarau. Selain itu beralihnya lahan terbuka hijau dan resapan air menjadi pemukiman semakin menambah pencemaran dana kerusakan sungai di kota Bandung. Rasanya akan sangat sulit dan tidak ada lagi ketika ingin menemukan sungai yang benar benar berwarnah bening tanpa pencemaran alias jernih tanpah sampah.
Selain itu berbagai bantaran Sungai di kota Bandung telah diokupasi atau ditempati warga sebagai rumah pemukiman maupun tempat usaha seperti perbengkelan, Gudang, kandang ayam, dan sebagainya dengan menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan sampah/limbah.

Sungai Bening dengan Tanaman Buah, Sebagai orang yang pernah dibesarkan di bantaran Sungai Maros dan Sungai Baliase Masamba Luwu Utara Sulawesi Selatan dengan memanfaatkan sungai sebagai sumber kehidupan sehari-hari. Menyaksikan kondisi Sungai di kota Bandung merasa terpanggil berbuat untuk mengembalikan fungsi Sungai dalam memberi manfaat dan berkah kepada kehidupan ummat manusia.
Untuk mengembalikan fungsi Sungai tersebut maka keterlibatan pemerintah dalam menegakkan aturan melalui pengosongan bantaran Sungai dari berbagai bangunan liar yang . Normalisasi Sungai disertai penegakan aturan bagi pembuang sampah maupun limbah ke aliran Sungai harus ditegakkan dengan sanksi maupun ajakan menjaga kelestarian sungai.
Sebagian kecil dari ikhtiar tersebut bersama Pemerintah Kecamatan Rancasari dan Kelurahan Derwati kota Bandung, menginisiasi dan berkolaborasi penanaman tanaman buah di sepanjang Sungai Cipamokolan Kelurahan Derwati RW dengan “Bandung Menanam” 7 Sabtu, 23 /11/2024 bersama Masyarakat.
Selaku Ketua Yayasan Petta Haji Hasbullah ( Petalah), saya bermimpi ingin mengembalikan berbagai kondisi Sungai yang tercemar dan rusak menjadi bening kembali serta memberikan manfaat bagi kelestarian lingkungan hidup dengan melakukan penanaman buah-buahan khususnya tanaman alpokat di sepanjang bantaran Sungai yang ada di kota Bandung.

Hal ini dimulai di RW 7 Kelurahan Derwati dengan berkolaborasi dengan warga untuk menanam buah alpokat, mangga dan pepaya Calipornia dan lain-lain. Yayasan Petalah akan menyiapkan bibit alpokat yang siap tanam jika masyarakat atau lembaga akan berkolaborasi menanam tanaman buah alpokat di bantaran Sungai di kota Bandung.
Pemanfaatan bantara sungai dengan berbagai tanaman buah buahan diharapkan akan menjadi gerakan untuk mengembalikan fungsi Sungai dalam menjaga kelestarian lingkungan dengan membuka semua bangunan liar yang ada dibantaran Sungai.
Sampai kapan mimpi itu bisa terwujud ? akan sangat ditentukan tingkat kesadaran Masyarakat dengan interpensi kebijakan dari para penentu kebijakan mulai Gubernur, Walikota dengan berbagai perangkatnya. Semoga mimpi tersebut akan tercapai dalam waktu yang tidak lama, sebelum alam menjadi murka karena keserakahan manusia merusak ciptaan Tuhan.
• Red