
Reportikaindonesia.com // Maros, Sulawesi Selatan – Kabupaten Maros sebagai daerah paling strategis di Sulawesi Selatan karena menjadi lintasan transporatsi darat untuk lintas Trans Sulawesi. Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat menuju Makassar sebagai ibukota provinsi Sulawesi Selatan, harusnya mempunyai Ikonik Kota yang menjadi daya Tarik bagi siapapun yang melihatnya ketika melintasi kabupaten Maros. Ikonik ini menjadi penting untuk menjadi legasi Bupati Maros Chaidir Syam dalam periode kedua sebagai Bupati yang rencananya akan dilanti pada tanggal 6 Februari di Jakarta oleh Menteri Dalam Negeri. Demikian disampaikan Hasbullah Fudail Ketika memberi pengantar dalam seminar dan Bedah Buku Problematika HAM Dalam Dimensi pada Sabtu pagi (25/1/2025), di Baruga Kantor Bupati Maros.
Bupati Maros, Chaidir Syam, menjadi keynote speaker dalam seminar budaya dan bedah buku berjudul Problematika HAM dalam Ragam Dimensi, karya Hasbullah Fudali. Acara ini digelar oleh Ikatan Keluarga Alumni (IKA) SMA 1 Maros Acara tersebut berlangsung meriah dan dihadiri oleh masyarakat umum, akademisi, dan berbagai tokoh daerah.
Dalam sambutannya, Bupati Chaidir menekankan pentingnya melestarikan cagar budaya sebagai warisan identitas daerah. Ia menyampaikan bahwa pelestarian budaya dan perlindungan cagar budaya membutuhkan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat. “Melestarikan cagar budaya adalah tanggung jawab kita bersama untuk menjaga identitas dan kebanggaan Maros,” ujar Chaidir dalam pidatonya.
Seminar ini menghadirkan sejumlah pembedah buku yang kompeten, di antaranya Drs. Muh Ramli (Ketua Tim Cagar Budaya), Ir. H. Ikram Rahim (Ketua Pansus Ranperda Perlindungan Masyarakat Adat), dan Dr. M. Ramli AT (Dosen Sosiologi Unhas).
Para panelis mengupas isi buku Problematika HAM dalam Ragam Dimensi, yang mengangkat isu hak asasi manusia (HAM) dalam konteks budaya, serta kaitannya dengan pelestarian warisan budaya lokal.

Dengan tema Menjaga Cagar Budaya Maros dan Mengangkat Nama Besar Maros, diskusi juga membahas strategi untuk menjadikan Maros lebih dikenal di tingkat nasional maupun internasional. Para pembicara menyoroti pentingnya pendidikan dan kesadaran masyarakat dalam melindungi cagar budaya agar tetap relevan bagi generasi mendatang.
Seminar ini diharapkan menjadi momentum penting untuk menginspirasi generasi muda Maros agar terlibat aktif dalam pelestarian budaya.
“Melalui kegiatan ini, Maros dapat memperkuat citranya sebagai daerah yang kaya akan sejarah dan budaya, sekaligus menjadi teladan bagi daerah lain dalam menjaga warisan leluhur,” ujar salah satu pembicara.
Acara yang berlangsung hingga siang hari tersebut menjadi salah satu upaya nyata dalam mengintegrasikan diskusi budaya dengan pelestarian hak asasi manusia, menjadikan Maros sebagai daerah yang tidak hanya kaya akan potensi sejarah, tetapi juga sangat memperhatikan nilai-nilai Hak Asasi Manusia .
• Red