
Reportikaindonesia.com // Luwu Utara, Sulawesi Selatan – Perkembangan tarekat Khalwatiyah Samman sekitar tahun 50 – 70 an bisa dikatakan menjadi puncak kejayaan keberterimaannya oleh berbagai lapisan masyarakat. Hal ini ditandai bahwa yang menjadi pemimpin tarekat ini di berbagai wilayah sering disebut Khalifah, selain menjadi Umara (pemimpin masyarakat) adalah tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh bangsawan (Andi, Karaeng, Puang, Petta, Opu dan sebagainya) juga menguasai ilmu agama ( disebut Pangrita/Angreguru), jadi selain Umara juga menjadi ulama.
Dengan posisi yang dimilikinya tersebut menjadi sangat strategis dalam melakukan mobilisasi dan dakwah untuk mengajak dan mempengaruhi masyarakat saat itu menjadi anggota tarekat Khalwatiyah melalui proses Baiat ( mattarima barakka) dari para Khalifah yang sudah diberi ijin/mandat. Sehingga masyarakat secara sendiri-sendiri maupun bersama sama menjalani prosesi Baiat yang bisanya dilakukan pada momen-moment hari besar islam tertentu seperti maulid dan menjelang Ramadhan atau momentum lainnya.
Posisi dan peran para khalifah yang strategis tersebut menjadi daya pikat dan penarik sehingga ummat melihat dengan mata kepala bahwa orang-orang penting tersebut menjadi contoh ( role model) yang baik untuk diikuti dan dipanuti dalam kehidupan dunia mmaupun akhirat . Sehingga sebagaaian besar masyarakat pada wilayah tertentu 100 % warganya menjadi Jemaah tarekat Khalwatiya biasa disebut Sianamanggaji.
Perkembangan tarekat khalwatiyah saat ini menjadi stagnan bahkan mengalami kemunduran karena peran para khalifah sebagai tokoh masyaraakat sekaligus penguasaan ilmu agama kurang menyesuaikan dengan perkembangan dan dinamika masyarakat yang telah berubah dan berkembang secara cepat. Salah satu aspek yang kurang mendapat perhatian dari tarekat ini adalah keberadaan Lembaga Pendidikan formal seperti sekolah /pondok pesantren maupun non formal (pelatihan keterampilan secara luas).
Menjadi pertanyaan, apa urgensi adanya Lembaga Pendidikan formal maupun Pondok Pesantren bagi keberlangsungan tarekat khawatiyah Samman ?. Dengan melihat realitas perkembangan tarekat ini serta kondisi masyarakat yang sangat kritis dengan perkembangan ilm pengetahuan dan teknologi , maka kehadiran Lembaga Pendidikan dan pondok akan berguna untuk :

- Penyemaian kader. Harus diakui dan menjadi kenyataan hari ini bahwa sosok yang paling ditokohkan dalam tarekat ini menjadi barang Langkah. Baik di Turikale, Leppakomai maupun Pattene di kabupaten Maros atau tempat lainnya sebagai sumbu pusat peradaban tarekat mengalami kekurangan kader pemimpin baik sebagai umara maupun sebagai ulama.
- Menjawab tantangan. Perkembangan teknologi dan media sosial ( You Tube, Instagram, Facebook, Telegram) harus menjadi bagain dalam media dakwah yang paling efektif dan efisien saat ini. Jika para khalifah dan Jemaah tarekat ini tidak mampu menyesuaiakan diri dengan teknologi dan informasi, maka akan ditinggalkan oleh jaman dan masyarakat . Tahun 80 – an banyak kampung kampung di Sulawesi Selatan terutama di Luwu Raya ( Luwu, Palopo, Luwu Utara, Luwu Timur) manyoritas masyarakatnya bisa dibilang 100 % merupakan pengikut tarekat khalwatiyah. Hari ini karena perkembangan jaman tidak disesuaikan, maka jemaahnya semakin berkurang dibawah 30 %. Hal ini ditandai dengan berbagai masjid yang ada sangat jarang lagi ditemui adanya Zikir Jahar ( massikiri) secara berjamaan baik sesudah shalat Isyah maupun Subuh.
- Melanjutkan tradisi. Berbagai tradisi dan kebiasaan yang berlangsung dalam kehidupan tarekat ini seperti maulid nabi, israh miraj, mabbaca peca, pembacaan Barzanji, Peringatan Muharram, Massiara dan lain-lain. Tradisi dan kebiasaan tersebut secara kuantitas maupun kualitas juga sudah mengalami kemunduran. Berbagai acara tersebut hanya dilaksanakan oleh para orang tua berumur diatas 5o tahun, sangat langkah menemukan pemuda, remaja dan anak anak yang melanjutkan tradisi-tradisi tersebut.
- Pengelolaan Asset . Dengan adanya Lembaga Pendidikan dan pondok maka berbagai asset yang dimiliki bisa menjadi bagian dari pengembangan Jemaah tarekat ini. Mesjid , Gedung sekolah/pondok pasti sesuatu asset benda yang bernilai sehingga bisa dikelolah untuk memakmurkan dan membantu para Jemaah yang ekonominya lemah maupun dalam menempuh Pendidikan di pondok.
Semoga para tokoh Khalwiyah Samman bisa duduk bersama dan berpikir masa depan untuk merumuskan langkah membangun Lembaga Pendidikan dan Pondok agar tarekat ini kembali bisa bangkit seperti jaman keemasannya atau minimal bertahan untuk tidak ditinggalkan oleh Ummat.
Demikian beberapa pemikiran diskusi terbatas yang disampaikan Hasbullah Fudail ketika menghadiri peringatan Isra Miraj di rumah Jemaah Khalwatiyah Mappedeceng Luwu Utara, 3 Feb 2025. Acara ini juga dihadiri perwakilan Ipuang dari Pattene ( Andi Damrana, A, Haerul, A. Nursiah) serta khalifah dan Sianamanggaji di Luwu Utara .
• Red