Reportikaindonesia.com // Bandung, Jawa Barat – Kegiatan Diskusi Literasi (DIKSI) 2025 bertema “Setara di Dunia Maya, Kuat di Dunia Nyata” digelar pada Sabtu (1/11) di Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat. Acara membahas literasi digital, kesetaraan gender, dan hak asasi manusia di kalangan pemuda. Hadir Hasbullah Fudail, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hak Asasi Manusia Jawa Barat; Ono Surono, S.T., Wakil Ketua DPRD Jabar Fraksi PDIP; Dr. Hj. Ineu Purwadewi Sundari, Ketua Fraksi PDIP DPRD Jabar; serta delegasi KOPPETA HAM Jabar, Muhammad Damar Setyo Kumoro dan Hamka Fadilah Rajab.
Dani Ramdani, S.Pd, penggerak pemuda, membuka acara dengan menegaskan bahwa teknologi bisa mempertemukan sekaligus memisahkan manusia. Ia menyebut generasi muda mampu membangun kekuatan tanpa harus keluar kamar jika ruang digital digunakan secara bijak dan produktif. Menurutnya, literasi digital harus menjadi alat memperkuat nilai kemanusiaan.
Dalam sambutannya, Hasbullah Fudail menekankan bahwa kesetaraan gender merupakan bagian dari perjuangan HAM. Ia mengapresiasi PDIP yang memberi ruang kepemimpinan bagi perempuan, namun menyoroti masih adanya bias gender dalam kebijakan publik. Ia mencontohkan Cut Nyak Dien dan Dewi Sartika sebagai teladan serta mendorong agar keterwakilan perempuan di parlemen mencapai 30 persen.
Ono Surono, S.T. menegaskan pentingnya sinergi antara kesetaraan gender dan etika digital. Ia mencontohkan Dr. Hj. Ineu Purwadewi Sundari sebagai pemimpin perempuan yang memperjuangkan hak-hak perempuan di DPRD Jabar. Ono juga mengapresiasi peran Hasbullah Fudail dalam memperkuat nilai HAM dan mengajak pemuda aktif di pendidikan serta politik. Dengan semangat “Hidup Mahasiswa! Hidup Perempuan yang Melawan!”, Ono membuka acara.
Dalam materi, Ineu menyebut PDIP telah membuktikan komitmen terhadap kesetaraan dengan lebih dari 30 persen anggotanya perempuan. Ia menilai penyitaan ijazah sebagai pelanggaran HAM dan menekankan pentingnya kesempatan setara di pendidikan. Diskusi berlangsung interaktif dengan peserta yang menyoroti isu gender dan akses pendidikan. Acara ditutup dengan refleksi dan foto bersama, menegaskan semangat pemuda memperjuangkan kesetaraan dan HAM di era digital.
• Red


