Reportikaindonesia.com // Bandung, Jawa Barat – Kantor Wilayah Kementerian HAM Jawa Barat menggelar peringatan Hari Toleransi Internasional dengan momentum istimewa berupa peluncuran resmi logo kampanye “Jawa Barat Toleran”, pada Senin, 17 November 2025, bertempat di Kantor Kemenham Jawa Barat. Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan seluruh agama, aliran kepercayaan, organisasi masyarakat, dan unsur masyarakat sipil, sebagai bentuk kebersamaan dalam memperkuat nilai-nilai keberagaman di Jawa Barat.
Peluncuran Logo “Jawa Barat Toleran” Puncak Perayaan Hari Toleransi.
Momen peluncuran logo menjadi puncak acara dan mendapatkan sambutan hangat dari seluruh peserta. Prosesi dimulai dengan penayangan video refleksi keberagaman di Jawa Barat, dilanjutkan dengan pemaparan filosofi logo yang menggambarkan tiga unsur utama: kesetaraan, keharmonisan, dan keterbukaan.
Saat tirai penutup logo diangkat, hadirin dari seluruh agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu, serta perwakilan Penghayat Kepercayaan berdiri bersama di panggung utama sebagai simbol persatuan dalam keberagaman. Mereka kemudian membacakan Deklarasi Bersama Jawa Barat Toleran, disambung penandatanganan komitmen digital oleh seluruh peserta.
Suasana semakin meriah ketika musik tradisional Sunda mengiringi sesi “Harmoni Berjalan”, di mana perwakilan lintas agama berjalan bersama menuju panggung kehormatan, menegaskan bahwa toleransi bukan hanya slogan, melainkan gerakan nyata yang dilakukan bersama.
Peluncuran logo ini menandai tekad baru Kemenham Jawa Barat untuk memperkuat ruang sosial yang inklusif dan aman bagi seluruh warga tanpa memandang latar belakang.
Sambutan Kakanwil: Jawa Barat Rumah Toleransi, Stigma Bukan Cerminan Masyarakatnya.
Dalam sambutannya, Kepala Kantor Wilayah Kementerian HAM Jawa Barat, Hasbullah, menegaskan bahwa Jawa Barat pada hakikatnya adalah salah satu provinsi paling toleran di Indonesia. Ia menuturkan bahwa masyarakat Sunda hidup dengan nilai-nilai silih asah, silih asih, silih asuh, yang mencerminkan budaya kasih sayang, saling menghargai, dan merawat keberagaman.
Hasbullah juga memberi penekanan bahwa berbagai label negatif mengenai intoleransi di Jawa Barat tidak sepenuhnya mencerminkan karakter masyarakat aslinya. Ia menjelaskan bahwa sejumlah gesekan sosial yang pernah terjadi justru banyak dipengaruhi oleh dampak konflik antarpihak dari luar Jawa Barat.
“Sebenarnya masyarakat asli Jawa Barat itu rukun, damai, dan sangat menerima keberagaman. Beberapa konflik yang kemudian menimbulkan stigma justru merupakan dinamika sosial yang dibawa oleh kelompok pendatang—persoalan yang bukan berasal dari masyarakat Sunda itu sendiri, namun akhirnya tercermin seolah-olah itu masalah Jawa Barat. Ini yang harus kita luruskan.” ujar Hasbullah.
Ia menegaskan bahwa kampanye “Jawa Barat Toleran” merupakan langkah untuk mengembalikan citra provinsi ini sebagai daerah yang hangat, inklusif, serta menjadi tempat yang aman bagi semua golongan.
“Kami ingin dunia melihat bahwa Jawa Barat adalah rumah toleransi, bukan sebaliknya. Tugas kita bersama menjaga agar ruang sosial kita tetap harmonis.” tambahnya.
Penutup yang Hangat dan Penuh Persaudaraan.
Kegiatan ditutup dengan foto bersama lintas iman, dialog singkat antarperwakilan agama, serta penampilan kesenian daerah. Nuansa persaudaraan dan kebersamaan begitu kuat, menegaskan bahwa keberagaman adalah kekuatan besar yang dimiliki Jawa Barat.
Peluncuran kampanye “Jawa Barat Toleran” diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi berbagai pihak dalam menjaga harmoni, merawat kebhinekaan, dan membangun Jawa Barat sebagai provinsi yang aman, damai, dan penuh kehangatan bagi seluruh warganya.
• Red


