Reportikaindonesia.com // Bandung, Jawa Barat – Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hak Asasi Manusia Jawa Barat, Hasbullah Fudail, menghadiri agenda penguatan toleransi dan pemajuan HAM di Universitas Kristen Maranatha, Kota Bandung. Dihadapan ratusan mahasiswa dan dosen, Hasbullah menilai bahwa Maranatha memiliki potensi kuat untuk menjadi contoh kampus inklusif di tingkat Jawa Barat maupun nasional.
Hasbullah mengapresiasi komposisi mahasiswa Maranatha yang sekitar 40 persen berasal dari pemeluk agama non-Kristen. Ia menegaskan bahwa kondisi tersebut menunjukkan bagaimana ruang akademik dapat menjadi lingkungan yang aman, setara, dan terbuka bagi semua kelompok tanpa memandang latar belakang keagamaan. Menurutnya, keberagaman internal kampus merupakan modal sosial penting dalam mendorong nilai toleransi di Jawa Barat dan menjadikan sebagai Role Model Kampus Toleran.
Pandangan serupa disampaikan salah seorang mahasiswa, Nelson, yang menilai bahwa Maranatha telah lama menjadi ruang belajar yang inklusif. Menurut Nelson, mahasiswa dari berbagai agama dapat berkuliah dan beraktivitas secara harmonis, sehingga kampus ini sudah mencerminkan nilai keberagaman yang sebenarnya.
Kegiatan penguatan toleransi yang berlangsung pada Rabu (19/11) ini turut dihadiri Komunitas Pemuda Pelajar Pencinta (KOPPETA) HAM Jabar. Kehadiran komunitas tersebut memperkuat kolaborasi pemuda dalam mengarusutamakan toleransi di lingkungan pendidikan. Plt. Sekjen KOPPETA HAM Jabar, Muhammad Damar Setyo Kumoro, menegaskan bahwa keterlibatan pemuda merupakan langkah penting untuk memastikan nilai HAM terinternalisasi dalam kehidupan sosial kampus dan tidak berhenti sebagai wacana.
Dalam kesempatan tersebut, Hasbullah juga menyampaikan rencana tindak lanjut untuk memperkuat komitmen toleransi di lingkungan pendidikan tinggi. Ia menyatakan akan mengajak Menteri HAM RI untuk hadir di Maranatha dalam rangka penyelenggaraan kuliah umum, penandatanganan MoU, serta deklarasi Kampus Inklusi sebagai bentuk kolaborasi resmi antara pemerintah dan perguruan tinggi. Langkah ini disebut penting sebagai model pengarusutamaan HAM di sektor pendidikan.
Agenda ini turut menunjukkan keberlanjutan komitmen Hasbullah Fudail setelah ujian presentasi Diklat Proyek Perubahan “Jabar Toleran”. Kehadirannya di Maranatha menjadi bukti bahwa proyek tersebut tidak berhenti pada konsep atau teori semata, tetapi diwujudkan melalui praktik lapangan yang berlangsung konsisten dan melibatkan berbagai elemen masyarakat.
Melalui kerja sama dengan institusi pendidikan, tokoh agama, komunitas sipil, serta KOPPETA HAM Jabar, KemenHAM Jabar berharap dapat mendorong terciptanya ruang sosial yang lebih menghargai keragaman dan menjunjung tinggi prinsip HAM di Jawa Barat.
• Red


