
Reportikaindonesia.com // Tasikmalaya, Jawa Barat – Perhelatan para ahli tarekat muktabarah dari berbagai dunia dalam acara Kota Sufi sejak 19-21 Januari 2024 di kabupaten Tasikmalaya telah berjalan dengan sukses di pondok Idrisyyah masjid Al Fattah. Demikian disampaikan beberapa perwakilan negara (Malaysia, Phikipina, Singapura, Thailand, Kamboja dan Indonesia) yang memberikan sambutan dalam acara penutupan Ahad, 21/01/2024.
Andi M. Sata Khalifah Khalwatiyah Samman Mewakili Tarekat Indonesia menyampaikan beberapa pesan sehubungan dengan acara Kota Sufi 2.0 diantaranya :
1. Bahwa problematika perbedaan diantara tarekat selama tiga hari ini kita bahas untuk menjadi solusi dalam menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks baik dari internal pengamal tarekat maupun eksternal para pembenci jalan kesufian ini. Tantangan ini memerlukan strategi bersama tanpa harus melihat perbedaan furu yang ada untuk mencari solusi terbaik. Semoga kehadiran kita semua di tempat yang penuh berkah ini mesjid al fattah, menjadi cahaya penerang bagi bangkitnya kesadaran ummat menempuh jalan tarekat bukan hanya menjadi ilmu yang digeluti tanpa implementasi .
Pertemuan kita hari ini di kota sufi, dilandasi dengan ketulusan hati tanpa dibatasi oleh sekat sekat batas antar negara sehingga menyatukan hati dan pikiran mencari keridaan ilahi dalam menggapai magfirahnya. Kebersamaan berbagai tarekat yang ada di dunia, khususnya di rumpun melayu (malaysia, singapura, kamboja, thailand, philipina) serta di nusatara akhirnya menjadi kekuatan untuk membangkitkan tarekat yang dipelopori oleh para tokoh sufi.
2. Tantangan terbesar kalangan sufi saat ini adalah menjadikan pendidikan tasawuf sebagai sebuah gerakan membumi dihadapan ummat baik di pondok pesantren maupun lembaga pendidikan, sebagaimana ketika tasawuf menjadi media dalam menyebarkan islan di bumi nusantara sehingga mampu memberi solusi terhadap kegersangan hati dan gempuran paham materialisme dan individualisme. A. M. Sata mengungkap Sejarah Al Hallaj adalah tokoh sufi pertama yang harus mengorbankan jiwanya dihadapan pemerintah yang tidak setuju dengan paham jalan sufi yang dilakoninya. Selain Imam Algazali sebagai tonggak dalam menempuh jalan pensucian hati menuju keridaan Ilahi. Beliau juga mengambil beberapa pesan tasawuf bernuansa Bugis dari referensi yang berumur lebih dari 300 tahun sebagai pesan berantai dari para pendahulu tarekat Khalwatiyah Samman.
3. Kita semua berharap pertemuan para ahli tasawuf ini menjadikan ajaran sufi di belahan bumi melayu khususnya nusantara menjadi lebih beradab dan bermartabat serta diterima sebagai jalan solusi kehidupan. Berakhirnya acara kota sufi hari ini, hendaknya tidak menghentikan langkah para tokoh sufi senantiasa membangun silaturhami untuk mengiringi langkah kebangkitan kota sufi sebagai obor penerang di tengah kemajuan peradaban yang semakin jauh dari ajaran mulia tasawuf. Semoga kita semua para mursyid dan masyaik yang hadir diacara ini, kembali diberikan kesehatan dan kesempatan untuk bisa hadir dalam kota sufi berikutnya di sabah Malaysia tahun 2025, amin. Demikian pesan A.M . Sata.
(*/Red)