
Reportikaindonesia.com // Tana Toraja, Sulawesi Selatan – Sejak Rabu 14 Februari lalu hingga 40 hari ke depan umat kristiani menjalani masa Prapaskah. Masa Prapaskah merupakan masa ketika umat mempersiapkan diri untuk memasuki Paskah. Prapaskah tidak diisi melulu dengan duka cita dan pergumulan berat, tetapi juga kesukaan dan pengharapan sebab di sinilah kesempatan untuk menghayati peristiwa penderitaan salib Kristus. Masa Prapaskah adalah kesempatan spiritual umat untuk lebih mengenal kasih Allah melalui pertobatan yang sungguh-sungguh. Momentum kita diajak mengadakan pembaruan diri dan penyucian diri.
Angin tetap berhembus menerjang pohon-pohon di sisi jalan. Daun-daun yang mulai menguning tak sanggup bertahan pada ranting-ranting hingga terkulai dan berguguran di atas tanah yang membasah. Ah, itu semua hanyalah saksi alam yang menandakan musim hujan telah tiba. Cuaca kota Makale, Senin 26 Februari 2024 terasa buruk untuk melangkah ke luar rumah. Tidak demikian dengan pohon-pohon, meski dedaunan berjatuhan, semuanya itu merupakan berkah. “Cuaca buruk membuat hutan menjadi subur“, kata pepatah tempo doeloe.
Nampaknya semboyan itu pulalah yang mendorong derap langkah bapak-bapak Jemaat Limbu makin gegap melaju ke Sa’pak Bayo- bayo Sangalla’, mengikuti acara retreat Kaum Bapak Gereja Toraja Jemaat Limbu Klasis Makale Utara di tengah derasnya angin yang meniup kencang disertai hujan yang menyirami Tana Toraja.
Retreat satu hari yang bertajuk “Hendaklah Kamu Kuat Di Dalam Tuhan” yang diangkat dari Efesus 6:10, terbilang perkasa untuk ukuran kaum bapak yang baru bangkit.
Sebagaimana maknanya adalah memecahkan, mencairkan dan menanggalkan semua kepenatan hidup keseharian.
Pdt. Zatriana Lobo, dalam sambutannya menyampaikan Aneka masalah, tantangan dan godaan, bahkan ancaman harus dihadapi. Kita harus bekerja keras dan berjuang untuk bertahan hidup untuk maju.

Dalam Kristus, Allah memberi kita karunia menjadi pribadi yang kuat secara fisik maupun jiwa. Jika hidup ini ibarat peperangan, maka Tuhan ingin kita menang. Dia ingin kita sampai di tujuan dengan penuh kebanggaan dan kebahagiaan. Sebab itu, lanjut Pdt. Zatriana Lobo,S.Th meminta kepada kaum bapak, terimalah kuat kuasaNya. Berilah diri bapak-bapak untuk dilatih, ditempa dan dibentukNya menjadi pribadi yang benar-benar tangguh dan sanggup menghadapi berbagai masalah. Itulah yang diingatkan Rasul Paulus kepada muridnya yang masih muda, Timotius: “Jangan kecut dan putus asa”, sambung pendeta yang akan pindah ke Jemaat Buntu Tokesan Sagalla’ ini.
Mengandalkan Kristus dan menaruh harapan padaNya, sikap rendah hati, peduli terhadap sesama, mengambil bagian dalam kegiatan PKBGT, rela berkorban merupakan bentuk serupa dengan Kristus yang berkorban memikul salib hingga di bukit Kalvari.
Persoalan bagi kaum bapak selepas retreat yang masih tersisa adalah apakah menjadi kuat dalam Tuhan semata-mata untuk hormat dan kemuliaan nama Tuhan, Sang Pencipta, atau sekedar ambisi pribadi saja? Seberapa besar manfaat pencapaian retreat kaum bapak untuk kehidupan pribadi, peran dalam keluarga, bagi persekutuan kaum bapak gereja toraja jemaat limbu dan bahkan kepada dunia?
“Dalam Kristus kita akan kuat dan menang”, tutur Pdt. Zatriana mengakhiri seluruh rangkaian retreat.
(Sal)