
Reportikaindonesia.com // Maros, Sulawesi Selatan – Dengan telah ditetapkannya Leppakomai sebagai Cagar Budaya di kabupaten Maros oleh Tim ahli Cagar Budaya Maros, maka untuk mengkolaborasikan potensi wilayah tersebut perlu disusun skenario dan langkah bersama dari berbagai pemangku kepentingan agar Leppakomai bisa dipertahankan keberadaannya dengan tetap memberi manfaat yang lebih baik kepada Masyarakat. Kawasan Cagar Budaya Leppakomai dengan kondisi yang ada saat ini perlu di dorong untuk menjadi kawasan wisata religi dan agrowisata.
Sudah saatnya kebiasaan berbagai seminar, diskusi dan lainnya harus ada aksi dan ditindaklanjuti di lapangan untuk mengimplementasikan gagasan-gagasan yang dibicarakan langkah demi Langkah. Untuk itu Hasbullah Fudail menawarkan untuk melakukan penanan buah buahan di Lepakkomai yang diinisiasi masyarakat Leppakomoi pas momentum Isra Miraj 27/01/2025. Demikian hal ini disampaikkan ketika memberi pengantar dalam seminar dan Bedah Buku Problematika HAM Dalam Dimensi pada Sabtu pagi (25/1/2025), di Baruga Kantor Bupati Maros.
Dalam pengantar buku Problematika HAM Dalam Ragam Dimensi Dalam pengantar bedah bukunya, Hasbullah memulai dengan memberi makna dan penjelasan sampul bukunya dengan menggunakan tangan terbuka dan didalamnya ada sepasang dua mata. Foto tangan dan mata tersebut adalah penulis buku tersebut, adapun maknanya diambil dari logo Kementerian Hak Asasi Manusia dengan ibu jari sebagai penghormatan, telunjuk sebagai perlingdungan, jari tengah sebagai pemenuhan, jari manis sebagai pemajuan, kelinkin sebagai Penegakan. Jadi sesua dengan konstitusi UUD 45 pasal 28 I yang berbunyi bahwa Penghormatan, perlindungan, pemenuhan, pemajuan dan penegakan HAM tanggung jawab negara.
Buku ini dibagi dalam 6 bab, mencakup :Kebijakan dan Regulasi HAM, SDM di Bidang HAM, Kesadaran HAM Mahasiswa dan Pelajar, Pelayanan Komunikasi Masyarakat, Bisnis dan HAM, Issu-issu terkini HAM.
Dalam penutupnya Hasbullah mengambil tulisan khusus menyangkut Pahlawan HAM dari Sulawesi Selatan Syexh Yusuf Al Khalwati Al Makasari berjuang HAM melampau 2 benua (Asia dan Afrika) serta menjadi inspirasi Nelson Mandela dari Afrika Selatan memperjuangkan pembebasan politik Apartheid (perbedaan warnah kulit) dari dominasi kulit putih. Menurut Mandela sosok Syeck Yusuf menjadi lambang perjuangannya dalam kemerdekaan Afrika Selatan. 4 hal hingga perjuangan Syeck Yusuf menjadi inspirasi sebagai pejuang HAM karena : 1. Rela meninggalkan kampung halaman, 2. Berjuang bukan bersama keluarga dan bangsanya, 3. Meninggal dalam pengasingan, 4. Tidak menikmati hasil perjuangannya.

Bupati Maros, Chaidir Syam, menjadi keynote speaker dalam seminar budaya dan bedah buku berjudul Problematika HAM dalam Ragam Dimensi. Acara ini digelar oleh Ikatan Keluarga Alumni (IKA) SMA 1 Maros Acara tersebut berlangsung meriah dan dihadiri oleh masyarakat umum, akademisi, dan berbagai tokoh daerah.
Dalam sambutannya, Bupati Chaidir menekankan pentingnya melestarikan cagar budaya sebagai warisan identitas daerah. Ia menyampaikan bahwa pelestarian budaya dan perlindungan cagar budaya membutuhkan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat.
“Melestarikan cagar budaya adalah tanggung jawab kita bersama untuk menjaga identitas dan kebanggaan Maros,” ujar Chaidir dalam pidatonya.
Seminar ini menghadirkan sejumlah pembedah buku yang kompeten, di antaranya Drs. Muh Ramli (Ketua Tim Cagar Budaya), Ir. H. Ikram Rahim (Ketua Pansus Ranperda Perlindungan Masyarakat Adat), dan Dr. M. Ramli AT (Dosen Sosiologi Unhas).
Para panelis mengupas isi buku Problematika HAM dalam Ragam Dimensi, yang mengangkat isu hak asasi manusia (HAM) dalam konteks budaya, serta kaitannya dengan pelestarian warisan budaya lokal.
Dengan tema Menjaga Cagar Budaya Maros dan Mengangkat Nama Besar Maros.
• Red