
Oleh : Hasbullah Fudail
Reportikaindonesia.com // Maros, Sulawesi Selatan – Entah kekuatan apa yang mengatur, penulis akhirnya bisa dipertemukan dan mendapatkan banyak informasi tentang perjalanan Syekh Muhammad Saleh Puang Turu digelari Puang Lompo (Mursyid tarekat Khalwatiyah Samman) di Pattene Maros. Narasumber merupakan bagian pelaku sejarah dan menyaksikan perjalanan dakwah sang Mursyid dengan pusat Dakwah sekaligus tempat pusara makam (matinroe rimasigina Pattene).
Narasumber adalah putri bungsu terakhir dari 19 (sembilas) bersaudara dari Muhammad Saleh yang masih aktif melestarikan ajaran Ipuang (kata ganti Muhammad Saleh) maupun kebiasaan dan tradisi yang dipraktekkan Ipuang selama hidup. Beliau juga sebagai pelestari dan diberi amanah oleh keluarga besar di Pattene untuk merawat rumah (Bola Loppoe) dengan berbagai perlengkapannya sebagai tempat Ipuang melaksanakan berbagai aktivitas dakwanya.
Dalam dialog intens dengan narasumber selama 2 hari di Mappedeceng Luwu Utara , beliau mempunyai ide dan semangat untuk membangkitkan kembali spritualisme perjuangan Ipuang di bumi Pattene. Hal ini dilatarbelakangi kondisi riel suasana fisik dan kebatinan saat ini yang dianggap semakin jauh dari nilai-nilai ajaran yang ditanamkan Ipuang dalam berkehidupan untuk urusan dunia maupun akhirat. Adapun beberapa pemikiran Hj. Andi Damrana (Puang Dana) untuk mewujudkan cita-cita tersebut, penulis rangkum dalam beberapa inti persoalan :
- Membangun Kumunikasi . Disadari sepenuhnya bahwa pola komunikasi yang terbangun dan tercipta selama ini di keluarga besar Pattene masih jauh dari ideal. Hal ini ditandai masih adanya sekat-sekat yang membatasi terbangunya komunikasi timbal balik atau dua arah antar berbagai keluarga besar. Munculnya egoisme masing-masing orang untuk merasa paling benar serta menganggap yang lain tidak berhak mengatasnamakan otoritas pelanjut ajaran Ipuang .
- Menyatukan Potensi
Momentum Maulid dan khaul Ipuang pada setiap bulan Rabiul Awal hendaknya mampu untuk menyatukan berbagai potensi dalam membangkitkan kembali nilai-nilai kejuangan Ipuang dalam menjalankan ajaran tarekat Khalwatiyah Samman. Pengelolaan maulid dan Khaul Ipuang hari ini di Pattene masih jauh dari harapan ideal, ini ditandai serimonial acara belum dipersiapkan secara matang untuk menyambut tamu Ipuang dari berbagai penjuru yang jumlahnya ribuan bahkan ratusun ribu Jemaah dan tamu dari berbagai daerah dan negara . Membangun potensi keluarga besar Ipuang dengan sianamanggaji melalui manajemen partsisipasi serta trasnsparan akan memberi kepercayaan bagi para Jemaah untuk bisa berkolaborasi dalam berbagai momentum acara penting. - Bersilaturahmi Sampai Akar Rumput
Untuk merawat ikatan emosional serta membangun hubungan silaturahmi, maka berkunjung langsung ke rumah Jemaah sianamanggaji di akar rumput pada momentum tertentu seperti (maulid, israh miraj, hajatan tertentu dan lainnya) akan memberi dampak positif. Dengan pola ini akan terbangun relasi yang saling melengkapi karena Jemaah akan merasa menjadi bagian dari model dakwah untuk menyebarluaskan ajaran khalwatiyah karena dikunjungi orang-orang terhormat dalam tradisi tarekat khalwatiyah. - Menghidupkan Semangat Perjuangan Ipuang
Disadari sepenuhnya dengan kemajuan peradaban khususnya perkembangan teknologi dan infromasi, maka model dakwah yang digunakan harus manpu menyesuaikan dengan suasana kekinian. Salah satu model yang perlu digunakan untuk membangkitkan semangat perjuangan Ipuang adalah tradisi menuntut ilmu baik urusan dunia maupun agama harus menjadi motivasi bagi keluarga besar sianamanggaji. Ipuang bersaudara termasuk Syekh Muhammad Amin di Leppakomoi pernah menuntut ilmu sampai ke Arab Saudi (Makkah dan Madina) selama bertahun-tahun. - Semangat menggali nilai nilai ajaran I Puang
Membumikan persoalan yang kontekstual dengan dinamika kehidupan melalui pengajian formal dan informal serta memelihara nilai assepatanggari (saling mengingatkan) sesama pelanjutna I Puang menjadi kewajiban para zurriyat Ipuang .
Demikian berbagai pemikiran yang disampaikan Andi Damrana dengan pertemuannya selama 2 hari dengan penulis ketika bersilatuhmi ke berbagai sianamanggaji di akar rumput dalam rangkaian peringtan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW di Luwu Raya. Pada momentum isra Miraj hampir selama sebulan penuh dalam kalender islam bulan Rajab bahkan sampai Syahban Jemaah tarekat Khalwatiyah melaksanakan pembacaan kisah perjalanan Isra Miraj Nabi dalam berbagai versi Bahasa Bugis, Makassar dan Tae ( Luwu Raya).
Semoga semangat membangkitkan spritualisme Ipuang di Pattene yang didengungkan oleh Zurriyat Ipuang Andi Damrana menjadi motivasi bagi keluarga besar Ipuang dimanapun termasuk para sianamanggaji dalam menyosong masa depan, agar tarekat ini semakin diterima oleh ummat. Saatnya keluarga besar Ipuang berbicara masa depan dengan meninggalkan egoisme masing-masing demi menjawab tantangan yang semakin berat khususnya membangun SDM dan persoalan Jemaah lainnya.
• Red