Reportikaindonesia.com // Cianjur, Jawa Barat – Jumat, 24 Oktober 2025, Kepala Kantor Wilayah Kementerian HAM Jawa Barat Hasbullah Fudail melakukan kunjungan silaturahmi ke Kampung Bugis, sebuah permukiman kecil yang berada di waduk besar di wilayah Ciranjang, Kabupaten Cianjur.
Kunjungan ini bertujuan untuk mempererat hubungan antara pemerintah dan masyarakat, khususnya warga yang tinggal di sekitar kawasan perairan dan memiliki mata pencaharian sebagai peternak/keramba ikan.
Di kampung tersebut, Kakanwil disambut hangat oleh H. Samsul Arifin, salah satu tokoh masyarakat berasal dari suku Bugis, yang sejak awal membuat jaring terapung/keramba ikan sekakigus telah lama menetap di kawasan waduk itu. Belaiu dikenal sebagai warga ulet dan pekerja keras yang mengembangkan usaha ternak ikan air tawar, yang menjadi sumber penghidupan utama bagi dirinya bersama 5 anakanya yang tinggal diatas keramba sekaligus rumah tinggal dan beberapa warga sekitar.
Dalam kesempatan itu, Kakanwil mengapresiasi semangat dan kemandirian warga Kampung Bugis dalam mengelola potensi alam yang ada di wilayah mereka. Ia juga menyampaikan pentingnya kesadaran hukum dan dukungan pemerintah bagi masyarakat pesisir waduk agar kegiatan ekonomi berjalan selaras dengan aturan serta menjaga kelestarian lingkungan.
Komunitas ini memulai kehidupan diatas permukaaan air dengan membangun tambak ikan terapung sekaligus tempat tinggal permanen (rumah) sejak tahun 1985.
Kampung ini terapung diatas air dengan kedalamannya airnya diatas 50 meter lebih dan dihuni sekitar 50 lebih Kepala Keluarga dari suku Bugis. Sebagai penganut agama islam yang taat, mereka juga membangun mesjid terapung. Saat ini ada lebih 2.000 KK dari yang mencari kehidupan di atas waduk ini dari berbagai suku ( Sunda, Jawa, Toraja dll), demikian menurut Kepala Desa Sindang Jaya Ciranjang.
Sekitar tahun 1990 perlampungan ini memberi harapan kehidupan ekonomi yang lebih baik karena produksi ikan tawar yang dihasilkan sangat menguntungkan secara ekonomi.
Kondisi saat ini sebahagian besar sekedar tinggal bertahan untuk hidup dan bahkan sudah banyak beralih pekerjaan disebabkan 2 (dua) hal :
1. Biaya produksi pakan ikan tidak sebanding dengan harga ikan sehingga merugi. Ikan ikan yang ada (emas,gurame, patin) tidak diberikan pakan pabrikan dipelihara seadanya sehingga masa panenpun lama.
2. Lahan permukaan air 80% tertutup Enceng Gondok. Komdisi ini sangat mempengaruhi aktivitas pergerakan petani keramba ikan karena terhalang ence gondok yang sangat sulit ditembus oleh perahu.
Semoga pemerintah kabupaten Cianjur, Jawa Barat maupun Pusat ada solusi untuk kehiduoan petani dengan mengembalikan potensi perikanan dan ekonomi di Calincing dalam rangka pemenuhan Hak Asasi Masyarakat untuk hidup layak dan berusaha.
• Red


