ReportikaIndonesia.com // Mamasa Sulbar – Diketahui pekan lalu tanggal 11 agustus hingga 16 Agustus 2022, telah terjadi fenomena Alam Retakan Tanah di Dusun Pidara Dua, Desa Pidara Kecamatan Balla, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, yang menbuat 15 bangunan rumah warga ambruk.
Berdasarkan laporan hasil investigasi Badan Penaggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mamasa terkait fenomena alam retakan tanah tersebut, kamis 28/8/2022.
Kepala bidang Rehabilitasi Rekontruksi” Pasamboan Pangloli,ST menyampaikan bahwa, berdasarkan pengamatan BPBD Mamasa, lokasi kejadian terletak di atas bukit dengan posisi rumah linear memanjang arah timur barat menghadap ke utara.
Jumlah rumah warga yang bermukim di bagian selatan lokasi itu sebanyak 45 Kepala Keluarga (KK) dan yg terdampak sebanyak 15 KK” sebut Pasamboan, 20/8/22.
Ia menyebut, kondisi bagian selatan lokasi rumah yang terdampak, ditumbuhi oleh rumpun bambu yang sangat tebal dengan kemiringan tanah di atas 50°.
Ditambah lagi jenis tanah tersebut berpasir yang berasal dari hasil timbunan, selain itu terdapat 2 jaringan pipa air bersih dan 1 pipa sanitasi IPAL melewati lokasi.
“Di lokasi tempat fenomena alam , terdapat retakan tanah sepanjang 150 meter pada bagian selatan yg melalui bagian belakang rumah warga sebanyak 15 KK” tambahnya.
Lebih lanjut menyebutkan , penurunan tanah tertinggi adalah 4 meter dari elevasi awal, terdapat daun bambu bahkan beberapa pohon Betung sudah layu dan mengering.
Sehingga berdasarkan anilasa penyebab retakan dan penurunan tanah, berawal dari permukiman yang berbukit lalu diratakan secara manual. Tanah hasil galian dibuang ke arah selatan bukit lokasi permukiman sesuai degan kearifan lokal.
Hingga kemudian ditumbuhi rumpun bambu yg banyak dan sangat rimbun menyebabkan beban ke dalam tanah miring 50° sehingga rawan mengalami pergeseran secara vertikal” sebut Pasamboan melanjutkan.
Selai itu, daya dukung tanah melemah akibat permukaan tanah tidak disinari oleh matahari sehingga pelapukan tanah dipercepat oleh sanitasi lingkungan yg sangat buruk menyebabkan kelembaban tanah sangat tinggi dan mengurangi daya rekat dukung tanah.
Lebih jauh kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD kabupaten Mamasa menyebut, kalau akhir ahir ini di Desa Pidara dilanda angin yg cukup kencang yg meniup vegetasi seperti bambu di sekitar permukiman yg menyebabkan bonggol bambu bergerak menciptakan retakan yg diperparah oleh resapan air sanitasi dan air hujan.
Menurut dia, fenomena alam ini sering terjadi di wilayah Kabupaten Mamasa pada permukiman yg memiliki ciri seperti angka 1 sampai 5 seperti yg pernah terjadi di Desa Tanete Batu Kecamatan Messawa, Desa Tondok Bakaru, Desa Buntu Buda.
Solusi darurat bencana yang dilakukan, pihaknya mengungsikan 15 warga terkena dampak ke rumah rumah warga dan ke Posko Terpadu Siaga Bencana yg di dalamnya terdiri dari Pemda, TNI, Polri, Kepala Desa dan Masyarakat, serta memberikan bantuan logistik dan membongkar atau menggesar rumah warga menjauhi retakan tanah.
Selain itu, untuk solusi penanganan darurat bencana yaitu; Pertama, mengurangi beban tanah dengan cara menebang sebagian pohon bambu di bagian selatan permukiman yang terkena dampak sekaligus memperkuat daya dukung tanah dengan cara penyinaran matahari. Kedua, memindahkan jalur pipa air bersih ke bagian depan utara atau ke bagian tanah asli bukan urugan. Ketiga, bergotong royong menutup celah retakan sehingga air hujan tidak masuk ke dalam retakan.
Keempat, melakukan penanaman pohon pohon endemik lokal di sekeliling permukiman seperti pohon buangin cemara lokal yg dapat memperkuat daya dukung tanah”terangnya.
Dalam upayanya BPBD kabupaten Mamasa melalui Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, telah melakukan rapat yg dipimpin oleh Kepala Desa Pidara dengan menyepakati solusi solusi tersebut di atas sambil menunggu arahan atau masukan dari pihak lain manakala ada.
(Marwan)