Sandeq, Kearifal Lokal Etnis Mandar
Oleh: Andi Rasyid Moerdani.AM
ex. Sekum KMB KKP RI Provinsi Sulawesi Barat

Reportikaindonesia.com // Polman, Sulbar – Sandeq adalah jenis perahu bercadik yang telah lama digunakan melaut oleh nelayan etnis/suku Mandar, yang merupakan alat transfortasi antar pulau. Sandeq merupakan perahu yang bercadik lahir dari Kearifal Lokal suku Mandar dalam mengarungi lautan dengan penuh tantangan. Mayoritas etnis Mandar yang berdomisili di pesisir dan pulau- pulau kecil dalam wilayah Provinsi Sulawesi Barat dan pada masa lampau perahu Sandeq ini digunakan untuk menangkap ikan, alat transfortasi dan berdagang hingga pulau Malaka, laut Sulu, Papua dan pulau Jawa termasuk Bali.

Nama Sandeq berasal dari Bahasa Mandar, berarti Runcing. Perahu ini mempunyai bentuk ramping dengan mengandalkan layar yang terbuat dari kain atau plastik dengan kecepatan angin untuk mengarungi lautan, bahkan perahu Sandeq ini merupakan kapal layar tercepat di dunia, yakni 20-40 Knot atau sekitar 50 kilometer perjam.
Setiap bagian perahu Sandeq mempunyai makna simbolik yang menjadi warisan nilai budaya dari masyarakat etnis/ suku Mandar.
Dari lambung perahu ( bagian belakang ) terbuat dari pohon kayu utuh yang dikruk bagian tengahnya untuk menjadi bagian dasar dari perahu Sandeq untuk menjadi bagian dasar dari perahu. Proses pembuatannya, arah dan laju perahu mempunyai makna masing- masing dari semangat dan kearifan budaya.

Bagian kepala perahu Sandeq ( Panccong) mempunyai bentuk lintas segi tiga runcing dengan posisi paling depan dan “Mendongak” ke atas mempunyai makna selalu berdoa kepada Sang pencipta alam semesta ini beserta isinya. Petaq berupa lubang berbentuk segitiga empat yang terletak diantara Kalandara dan berfungsi sebagai pintu Palka atau gelodok. Petaq terdapat tiga (3) bagian, yakni petaq diolo (Depan), petaq tangnga ( tengah) dan petaq buiq ( belakang). Ketiga bagian petaq mempunyai simbol rezeki pada bagian depan, aktivitas manusia pada bagian tengah dan pemimpin pada bagian belakang.
Sanggar kemudi ( sanggilang) pada bagian atas, bermakna laki- laki dan bagian bawah berarti bermakna perempuan.

Berdasarkan konsep gender, masyarakat nelayan Mandar mempunyai makna ketika suami berangkat berlayar, maka sang istri selalu menjaga Marwahnya sembari menenun kain khas Mandar demikian juga dengan konsep ” Siwaliparri” dimana istri seorang nelayan Mandar, ketika kembali dari melalui, hasil tangkapan suaminya dijual kepasaran umum sebagai wujud kebersamaan dan kerjasama dengan semangat “Siwaliparri” untuk membantu suaminya menjual hasil tangkapannya.
Layar perahu Sandeq berbentuk segitiga dengan bahan dari kain dan plastik, angin yang menerpa layar menjadi sumber energi yang dapat mendorong perahu untuk bergerak dan semakin kencang angin, semakin laju perahu Sandeq itu.

Perahu Sandeq memiliki beberapa tipe. berdasarkan jenis nelayan di Mandar. Tipe pertama, bernama Pangoli, adalah jenis Sandeq mampu menampung dua awak dengan ukuran 3-4 meter. Perahu Pangoli ini digunakan untuk melaut pada waktu subuh hingga menjelang petang dengan alat tangkap berupa tasi dan Kail dengan umpan dengan menangkap ikan Tongkol.Tipe kedua, bernama ” Parompong” ( rumpon) dengan ukuran lebih besar dari ” Pangoli” dan mampu mengangkat empat awak. Perahu ” Parompong” digunakan untuk melaut selama 3-7 hari dengan wilayah tangkapan lebih jauh dari “Pangoli” dengan target tangkapan ikan Tuna dan Tipe ke tiga, “Pallarung”, perahu ini mampu menampung 4-6 awak, dengan lama waktu melaut hingga 30 hari ( satu bulan), dan tipe ketiga ini bernama, ” Pallarung” perahu ini digunakan menangkap ikan jenis terbang dan target utamanya ada telur ikan terbang,bahkan Sandeq “pappasar” atau alat transfortasi mengangkut barang pedagang dari pasar ke pasar dan terakhir, Sandeq ” Pappasilluba” atau Lomba.

Seiring dengan perkembangan waktu, perahu Sandeq ini mulai dilombakan ketangkasan dan kecepatan dalam berbagai kegiatan tahunan, yakni peringatan HUT Kemerdekaan RI setiap tahunnya.
Selain itu, perahu Sandeq Race, salah satu event wisata dari dinas Pariwisata Provinsi Sulbar maupun melestarikan Budaya Bahari sebaga upaya melestarikan budaya Bahari di provinsi Sulawesi Barat.” Perahu Sandeq merupakan perahu tanpa mesin yang mampu melaju hingga kecepatan mencapai 20-40 Knot atau sekitar 50 kilometer perjam.

Festival Sandeq Race menjadi besar memikat para wisatawan, baik domistik maupun mancanegara serta menjadi nilai leluhur masyarakat Indonesia dalam kekayaan maritim suku Mandar.

Seiring dengan berkembangnya waktu, Sandeq Race, awalnya ditahun 1995 hingga tahun 2018 dan dua tahun event ini tidak dilakukan karena pandemi covid-19 dengan jalur etape dari Mamuju, Majene, Polman, Pinrang, Barru dan finis di pantai Losari Makassar Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak tempuh 400 kilometer, namun berkat kesepakatan para ” Passandeq” dan pemprov Sulbar dan pemkab maupun sponsor, akhirnya jalur etape dirubah dari Polman, Sulbar dan finis di Balikpapan, Kaltim dengan empat etape, dengan menempuh jarak 443 KM atau 275 mil, sebagai bentuk dukungan Pemprov dan masyarakat Provinsi Sulbar untuk mempercepat pemindahan Ibu Kota Negara (IKN), yakni star di Tanjung Silopo kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar Provinsi Sulawesi Barat menuju kota Majene ( 60 KM),

Majene ke Somba (30 KM), dari Somba menuju Deking (80 KM), dari Deking ke pulau Ambo (112 KM) dan pulau Salissiangan dan dari pulau Salissiangan menuju pantai Manggar kota Balikpapan Provinsi Kaltim, lokasi finis event Sandeq Race 2022.

(Andira)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *