Reportikaindonesia.com // Majene, Sulbar – Kondisi jalan nasional di Kabupaten Majene hingga Kabupaten Pasangkagu Provinsi Sulawesi Barat memprihatinkan, sejumlah titik ” amburadul” sehingga perpotensi terjadinya rawan lakalantas.
Sementara kegiatan fisik perbaikan jalan nasional yang merupakan jalan trans Sulawesi itu terhenti khususnya di poris kabupaten Majene dengan Mamuju, kegiatan fisik plaster Duiker yang jumlahnya puluhan titik itu, kini terehenti sehingga dapat menghambat perjalanan menuju Kabupaten Mamuju, ibukota Provinsi Sulbar sebagai pusat kegiatan pemerintah Provinsi Sulawesi Barat.
Demikian pula jalan poros Mamuju hingga Kabupaten Pasangkayu juga kondisi jalan cukup memprihatikan, membuat para sopir angkutan umum maupun pribadi stress akibat jalan nasional itu dibeberapa titik berlubang, namun belum ada perhatian serius dari pemerintah Provinsi Sulbar maupun pusat melalui Balai Kementerian PUPR yang berpusat di Palu, Sulawesi Tengah, bahkan terkesan membiarkan.
Dari perjalanan Jurnalistik Wartawan Reportikaindonesia.com untuk menelusuri perkembangan jalan Trans Sulawesi di Provinsi Sulawesi Barat, diproleh kesan, kondisi jalan nasional yang merupakan jalan Trans Sulawesi itu, kini kondisinya sangat memprihatinkan dan meresahkan bagi pengguna jalan, ketika melintas dijalan trans Sulawesi itu, harus ekstra hati-hati dan jika tidak hati-hati, dapat dipastikan kendaraan bisa mengalami kerusakan karena kondisi jalanan berlubang seperti “kubangan” kerbau. Apalagi diperpuruk lagi, intensitas curah hujan di wilayah Sulawesi Barat tinggi membuat sejumlah titik ruas jalan rusak dan berlubang.
Khusus di Majene, jalan poros Mamuju, sejumlah titik dilakukan kegiatan pembangunan fisik plaster Duiker atau pembangunan gorong-gorong, dan jembatan, kini terbengkalai dan terhenti pekerjaannya sehingga dapat menghambat perjalanan bagi orang melintas di poros jalan trans Sulawesi tersebut.”Dapat dibayangkan, sebelumnya jalan poros Majene dengan Mamuju antara 2-3 jam tetapi sekarang dengan kondisi jalan itu semakin para dan berlubang mencapai 4-5 jam dan diperpuruk lagi kegiatan pembangunan Duiker draenase yang jumlahnya puluhan titik yang jaraknya hanya beberapa meter antara satu dengan lainnya kini terbengkalai atau terhenti kegiatannya”, ungkap M.Amin, salah satu diantara sekian sopir yang melintas di jalan Trans Sulawesi Provinsi Sulawesi Barat.
Menurut Amin, kondisi jalan nasional ini sudah lama dan terkesan ada pembiaran, tetapi nampaknya belum ada perhatian serius dari pemerintah, kalaupun ada pekerjaan oleh instansi tehnis pekerjaannya hanya ditambal dan kualitasnya juga kurang baik dan hanya beberapa bulan saja, kondisi jalan itu kembali berlubang, apalagi curah hujan diawal Oktober 2022 di wilayah Provinsi Sulbar cukup tinggi membuat ruang jalan trans Sulawesi berlubang dan rusak parah, kata Amin, yang mengaku salah satu anggota LSM di Sulbar.
Demikian pula jalan poros dari Kabupaten Mamuju Tengah ke Kabupaten Pasangkayu kondisinya juga memprihatinkan, beberapa ruas jalan rusak dan berlubang, membuat para pengguna jalan trans Sulawesi yang melintas di jalan itu, harus ekstra hati hati karena sebagian ruas atau badan jalan tidak diaspal dan berlubang seperti ” kubangan” kerbau, akibat genangan air hujan, yang diduga ditinggalkan kotraktornya.
Hingga berita ini dilangsir, Reportikaindonesia.com belum menemui pihak tehnis berkompeten untuk klarifikasi dan Kross chack.
Informasi dihimpung Reportikaindonesia.com, terhentinya beberapa kegiatan fisik khususnya di jalan trans Sulawesi itu, akibat belum cairnya anggaran di Pemprov Sulbar, membuat kontraktor terpaksa menghentikan pekerjaannya karena diduga tidak mampu membiayai para pekerja termasuk material, kata sumber yang enggan disebut identitasnya.
(ANDIRA)