Reportikaindonesia.com // Tana Toraja, Sulsel — Toraja salah satu suku yang terkenal di Provinsi Sulawesi Selatan. Selain Rumah Adat dan Pemandangannya yang indah, juga terkenal dengan Upacara Kematian (Rambu Solo).
Tak tanggung-tanggung, Upacara Rambu Solo’ kalangan Puang (Bangsawan) Suku Toraja, pasalnya menghabiskan dana ratusan juta hingga Miliaran rupiah sekali pelaksanaan. Konon, semua itu dilakukan sebagai penghormatan terakhir bagi orang yang meninggal, juga dipercaya akan mengantar roh ke alam baka.
Rambu Solo memiliki tingkatan dalam upacara adat kematian di Toraja. Upacara tertinggi biasa dikenal ‘Dirapai’ yang masih terbagi lagi dalam tiga tingkatan yaitu Rapasan Dilayu-layu, Rapasan Sundun dan Rapasan Sapu Randanan.
Lazimnya, upacara kematian dengan tingkatan Rapasan Dilayu-layu memiliki standar 12 ekor kerbau dikurbankan, kemudian Rapasan Sundun 24 ekor kerbau, dan Rapasan Sapu Randanan 36 ekor kerbau.
salah seorang bangsawan Toraja, Ir. Yohanis Rammang Ganefo dan Isterinya Amelia Rempung Somalinggi dimakamkan melalui upacara adat Rambu Solo’ tingkat tertinggi Rapasan Sapu Randanan, berlangsung di Tongkonan Rantekalimbuang Hills Sillanan Kelurahan Mebali Kecamatan Sillanan Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, yang dimulai dengan ma’riu ‘ batu (Simbuang) pada 24 September 2022
Ada pun rangkaian prosesi adat kematian ini berlangsung selama Kurang lebih dua minggu.
Prosesi menuju puncak acara dimulai dengan ma’popengkalao alang (jenazah diturunkan dari rumah dan dibawa ke lumbung). Sebelum jenazah diturunkan, beberapa ekor kerbau disembelih lebih dulu menandai prosesi tersebut telah berlangsung.
Prosesi selanjutnya yakni disebut Mapasonglo’, iring-iringan kerbau mendahului pengarakan jenazah ke Rante. Di belakang disusul sejumlah anak-anak memegang bendera yang disebut Layo, jumlahnya menandakan berapa banyak kerbau dikorban dalam upacara tersebut.
Sementara para keluarga yang berduka mengusung sebuah kain merah panjang bisa mencapai 50 meter, diikatkan pada tempat dimana jenazah diletakkan. Mereka mengiringi jenazah sampai di Rante.
Setelah jenazah sudah berada di Lakkean, digelar salah satu prosesi berikutnya yang paling ditunggu-tunggu yaitu adu kerbau (MA’PASILAGA). Pasangan kerbau yang akan bertarung diumumkan oleh panitia kemudian dibawa ke arena
Hari berikutnya setelah Mapasonglo’ adalah menerima tamu. Ini merupakan puncak acara dimana anak atau cucu dari almarhum/almarhumah menerima tamu masing-masing yang datang membawa tanda ucapan duka mereka seperti ternak babi, kerbau, atau uang.
Setelah acara penerimaan tamu, memasuki prosesi pemotongan kerbau. Kerbau dikumpulkan di Rante lalu ditinggoro, proses penyembelihan dengan cara menebas leher kerbau menggunakan parang tajam. Ini dilakukan oleh orang-orang yang punya keahlian khusus.
Acara selanjutnya Pemakaman ditandai dengan pemotongan kerbau penunggu jenazah yang disebut Tandi Rapasan. Ini merupakan prosesi terakhir setelah seluruh rangkaian ritual adat dalam sebuah upacara Rambu Solo di Toraja. Selain liang batu yang dipahat, jenazah disimpan dalam rumah khusus menyimpan jenazah disebut Patane.
Rangkaian upacara adat di Rante biasanya berlangsung selama tiga hari. Setelah itu barulah dilakukan prosesi pemakaman. Pemakaman ditandai dengan pemotongan kerbau penunggu.
(Tim liput)